blog_ku

Annyeong haseyo
terima kasih udah berkenan mengunjungi blog saya
semoga bermanfaat dan menghibur :)

Senin, 09 Juli 2012

Bronchitis Kronik

Penyakit bronchitis kronik biasanya menimpa laki-laki berumur di atas 50 tahun dan memilki kebiasaan merokok berat. Penyakit ini biasanya disertai dengan keluhan batuk yang produktif dan berlangsung lama, namun bukan disebabkan tuberkulosis atau karsinoma.
Sputum pada penderita ini biasanya berwarna putih bening dan transparan. Namun, seiring berjalannya waktu, sputumnya menjadi kuning, kehijauan atau keruh. Hal demikian dapat berlangsung agak lama, namun ada juga yang hanya sebentar tapi sering terjadi. Sputum ini mengandung granulosit dan bakteri yang biasanya dapat dilihat dengan pewarnaan biru mitelen. Lendir bronkus yang normal, biasanya bewarna bening dan bebas kuman. Bila dalam lendir tersebut terdapat bakteri dan leukosit, maka penderita mungkin akan demam.
Pada penyakit ini, bakteri yang paling sering ditemukan yaitu Pneumococcus dan Haemophilus influenza. Kedua jenis bakteri ini sangat peka terhadap ampisilin dan tetrasiklin. Penderita bisa dipastikan akan mengalami sesak napas. Kesukaran bernapas pada penyakit ini sangat khas, yaitu bunyi napas ekspirasi dapat didengar tanpa stetoskop.
Hambatan ekspirasi lebih besar dibanding hambatan pada inspirasi. Kecepatan aliran udara yang diukur pada waktu ekspirasi, terlihat rendah. Kita juga bisa membuktikan dan memperoleh gambaran dari kecepatan aliran udara ini dangan menyuruh penderita meniup nyala korek api pada jarak 20 cm atau dengan menyuruh penderita batuk pada punggung tangan dokter yang memeriksa. Maka, akan dapat dipastikan bahwa batuknya lemah. Hal demikian bisa didengar dan dirasakan oleh dokter yang telapak tangannya digunakan.
Jika mukosa bronkus orang sehat diberikan rangsangan berupa asap rokok atau yang lainnya, maka akan terjadi tiga hal yaitu :
* Kelenjar mukosa bronkus akan teriritasi dan membentuk lendir yang lebih banyak.
* Rambut silia epitel bronkus yang bergerak terus menerus dan memindahkan lendir dari bronkus dan trakea ke arah mulut dengan perlahan-lahan, akan mengalami kelumpuhan.
* Terjadi penumpukan lendir dan bakteri yang tidak dibuang. Penumpukan lendir dan bakteri ini akan berkembang biak, kemudian membangunkan leukosit untuk menyerang balik. Sputum yang purulenta juga akan terbentuk, disusul oleh batuk yang produktif secara terus menerus. jika tidak segera diatasi, batuk ini akan berlangsung lama. Pada penderita dengan bronkus yang peka dan hiperaktif (bisa jadi asma), akan terjadi kekejangan otot-otot bronkus dan edema mukosa. Hal demikian bisa menimbulkan kondisi penderita menjadi mengi dan dispnea. Bisa dipastikan bahwa semua perokok yang merokok sebanyak 20-40 batang per hari yang berlangsung selama bertahun-tahun, termasuk dalam golongan ini. Lendir yang muncul pada waktu bangun tidur atau setelah rokok pertama dipagi hari ini bisa menimbulkan kegagalan paru-paru yang berat dan penderita menjadi cacat seumur hidup.
Jika pengobatan dilakukan sungguh-sungguh, maka sulit bagi penyakit asma untuk menyerang tubuh. Pengobatan dapat dilakukan dengan :
* lakukan pencegahan atas iritasi, artinya kita dituntut untuk menghindari rokok, gas dan uap/asap industri.
* Apabila terdapat infeksi bakteri, yang ditandai sputum bernanah berisi bakteri, maka berikan ampisilin 250 mg 4 kali dalam sehari atau tetrasiklin 250 mg 4 kali dalam sehari, diberikan untuk 10 hari. Untuk mencegah agar serangan tidak berlanjut, penderita perlu diberikan terapi ampisilin selama 10 hari. Pengobatan ini perlu segera dilakukan setelah sputum berwarna kuning dan bertambah banyak.
* Apabila asma hampir selalu terdapat spasme bronkus, maka bronkodilator harus diberikan dengan dosis pemeliharaan. Anda dapat memberikan aminofilin 3-4 kali 250 mg/hari secara oral yang dikombinasikan dengan salbutamol 2-4 mg/hari. Salbutamol akan merangsang reseptor B-2, yaitu simpatik pada permukaan otot-otot bronkus. Reseptor ini pada akhirnya akan menimbulkan relaksasi otot-otot, sehingga membuat bronkus lebih panjang.
* Untuk kasus-kasus yang berat, maka perlu dicoba pemnerian prednison 30 mg sehari, lalu dosis diturunkan secara perlahan-lahan dalam kurun waktu antara 3-4 minggu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar