Minggu, 06 Mei 2012

Tekanan Darah dalam Hubungannya dengan Hipertensi

Tekanan darah arteri adalah tekanan atau gaya lateral darah yang bekerja pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini berubah-ubah sepanjang siklus jantung. Tekanan tertinggi terjadi selama ejeksi jantung dan disebut tekanan sistolik. Titik terendah dalam siklus ini disebut tekanan diastolik. Selisih angka tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi.
Ada 5 faktor yang menentukan tingginya tekanan darah, yaitu : curah jantung, tahanan pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah dan kelenturan dinding arteri. Curah jantung dan tahanan pembuluh darah mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap tekanan darah. Pengukuran tekanan darah paling tepat bila diukur secara langsung dengan memakai jarum intra arteri.
Tekanan darah areteri merupakan tekanan lateral yang disebabkan oleh kolom darah pada dinding pembuluh darah. Yang merupakan hasil curah jantung dan tahanan pembuluh darah tepi. Tekanan darah tergantung pada volume darah yang diejeksikan, kecepatannya, distensibilitas dinding arteri, viskositas darah dan tekanan di dalam pembuluh setelah ejeksi terakhir.
Tekanan darah sistolikadalah puncak tekanan di dalam arteri. Ia diatur oleh isi sekuncup (stroke volume) dan kelenturan pembuluh darah. Tekanan darah diastolik adalah tekanan terendah di dalam arteri dan tergantung pada tahanan perifer.Tekanan darah pada lengan kanan biasanya 5-10 mmHg lebih tinggi daripada lengan kiri. Tekanan darah sistolik di tungkai 15-20 mmHg lebih tinggi daripada di lengan, meskipun orangnya sedang berbaring.
Tekanan darah sangat bervariasi, tergantung pada tingkat eksitasi pasien, tingkat aktivitas, kebiasaan merokok, nyeri, distensi kandung kemih atau pola diet. Selama pernapasan tenang biasanya terjadi penurunan tekanan darah sistolik sampai 10 mmHg pada wakti inspirasi.
Saat jantung berkontraksi dan relaksasi, sirkulasi darah menyebabkan tekanan pada dinding arteri. Tekanan ini berubah-ubah sepanjang siklus jantung. Bila ventrikel berkontaksi, darah akan dipompakan ke seluruh tubuh, tekanan ini disebut tekanan sistolik. Bila ventrikel relaksasi, aliran darah dari atrium menuju ke ventrikel, tekanan saat ini disebut tekanan diastolik. Selisih antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan nadi.
Teknik mengukur tekanan darah
Alat pengukur tekana darah disebut sfigmomanometer, ada 2 macam manometer yaitu : manometer air raksa/ merkuri dan manometer aneroid. Untuk mendapatkan pengukuran yang tepat, lebar manset harus sesuai dengan ukuran lengan. Pengukuran dapat dilakukan pada arteri apapun, yang dapat dilingkari manset dibagian proksimal dan dapat diraba di bagian distal. Pengukuran pada arteri brakhialis paling sering dilakukan karena letaknya yang tepat.
Agar dihasilkan pengukuran tekanan darah yang akurat, terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan dan diperhatikan, yaitu :
- Hindari merokok, minum caffein, olahraga 30 menit sebelum pemeriksaan.
- Ruang pemeriksaan tenang.
- Ukur setelah beristirahat selama 15 menit. Pemeriksaan dapat dilakukan dalam keadaan berbaring, duduk dengan lengan diatur sedemikian rupa sehingga a. brakialis terletak setinggi jantung.
- Lengan bebas dari baju, tidak ada arterivenous fistula pada pasien yang dihemodialisis atau tanda-tanda lymphedema.
- Palpasi a. radialis.
- Lengan pada posisi antekubiti, setinggi jantung-dekat pertemuan ruang intercostal 4 dengan sternum.
- Bila pasien duduk, letakkan lengan pada meja; bila pasien berdiri, lengan pada posisi pertengahan dada.
Cara Mengukur Tekanan Darah
- Lilitkan manset yang sudah kempis dengan ketat pada lengan atas sehingga batas bawah manset tersebut sekitar 2,5 cm atau 1 inci di atas fossa antekubiti, manset diletakkan pada permukaan depan medial lengan.
- Mula-mula tentukan tekanan sistolik dengan palpasi. Tekanan darah diukur dengan palpasi agar kesenjangan auskultasi masih dapat dideteksi. Raba denyut a. radialis dan pompalah manset sampai denyut tidak teraba lagi. Perlahan-lahan kempiskan manset dan catatlah angka pada saat denyut teraba lagi, ini adalah tekanan sistolik.
- Letakkan stetoskop dengan ringan di atas a. brakialis (fossa kubiti)
- Pompa manset secara cepat, sampai 20-30 mmHg diatas tekanan sistolik, kemudian turunkan perlahan-lahan sekitar 2-3 mmHg perdetik.
- Bunyi pertama yang terdengar adalah tekanan sistolik.
- Saat bunyi tidak terdengar lagi adalah tekanan diastolik.
HIPERTENSI
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > atau = 140 mmHg dan tekanan darah diastolik > atau = 90 mmHg. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor yang mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam eksresi Na, peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan rediko seperti obesitas, alkohol, merokok serta polisitemia.
b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab spesifiknya diketahui, seperti gangguan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, Cushing's Sindrome, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan laiinya.
Manifestasi Klinik
Gejalanya berupa peninggian tekanan darah. Bila demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala, epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang dan pusing.
Menurut The Joint National Committe ke-7, diagnosis hipertensi ditegakkan dari rata-rata pengukuran tekanan darah lebih atau sama dengan 2 kali dalam waktu yang berbeda.
Klasifikasi tekanan darah (usia lebih dari 18 tahun)
- Normal : sistolik < 120 mmHg dan diastolik < 80 mmHg
- Prehipertensi : sistolik 120-139 mmHg dan diastolik 80-89 mmHg
- Hipertensi stadium I : sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg
- Hipertensi stadium II : sistolik > 160 mmHg dan diastolik > 100 mmHg
Klasifikasi berdasarkan WHO/ISH
- normotensi : sistolik < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg
- hipertensi ringan : sistolik 140-180 mmHg dan diastolik 90-105 mmHg
- hipertensi sedang-berat > 180 mmHg dan diastolik > 105 mmHg
- hipertensi sistolik terisolasi : sistolik > 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg
- Hipertensi sistolik perbatasan : sistolik 140-160 dan diastolik < 90 mmHg
Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan The Sixth Report of the Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, 1997
- Normal : sistolik < 130 mmHg dan daistolik < 85 mmHg, rekomendasinya : periksa ulang dalam 2 tahun.
- Perbatasan : sistolik 130-139 mmHg dan diastolik 85-89 mmHg, rekomendasinya : periksa ulang dalam satu tahun.
- Hipertensi tingkat 1 : sistolik 140-159 mmHg dan diastolik 90-99 mmHg, rekomendasinya : konfirmasi dalam 1 atau 2 bulan, anjurkan modifikasi gaya hidup.
- Hipertensi tingkat 2 : sistolik 160-179 mmHg dan diastolik 100-109 mmHg, rekomendasinya : evaluasi atau rujuk dalam satu bulan.
- Hipertensi tingkat 3 : sistolik > atau = 180 mmHg dan diastolik > atau = 110 mmHg, rekomendasinya : evaluasi atau rujuk segera dalam 1 minggu berdasarkan kondisi klinis.
Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi resiko :
a. Kelompok resiko A : 130-139/85-89 mmHg (modifikasi gaya hidup), 140-159/90-99 (modifikasi gaya hidup), > atau= 160/ > atau = 100 (dengan obat).
b. Kelompok resiko B : 130-139/85-89 mmHg (modifikasi gaya hidup), 140-159/90-99 (modifikasi gaya hidup), > atau= 160/ > atau = 100 (dengan obat).
c. Kelompok resiko C : 130-139/85-89 mmHg (dengan obat), 140-159/90-99 (dengan obat), > atau= 160/ > atau = 100 (dengan obat).
Modifikasi gaya hidup cukup efektif dapat menurunkan resiko kardiovaskular dengan biaya sedikit dan resiko minimal. Tatalaksana ini tetap dianjurkan meski harus disertai obat antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat. Langkah-langkah yang dianjurkan adalah :
- menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh > atau = 27)
- membatasi alkohol
- meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit/hari)
- mengurangi asupan natrium
- mempertahankan asupan kalium yang adekuat
- mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat
- berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan.
Obat yang bisa dikonsumsi misalnya : Captopril, Nifedipine, Furosemid, Aprovel dan laiinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar