2 Hati
Di saat hati terasa dipermainkan oleh cinta pertama, saya sungguh tak karuan dan tak mengerti dengan perasaan yang saya rasakan saat itu. Merasa di duakan begitu tak enak rasanya, yang saya rasakan pada saat itu seperti dibohongi, dikhianati dan saya merasa sangat cemburu dengan perempuan yang telah mengambil pacara saya secara diam-diam. Saya sama sekali tidak menyangka kalau Ahmad selingkuh di belakang saya. Rasa kepercayaan yang saya berikan telah dinodai, meskipun jarak pacaran jarak jauh, tapi saya sangat percaya dengan dirinya. Tapi apa arti kepercayaan penuh saya itu, kalau dibalas dengan penghiatan.
Saya sangat tidak bisa terima atas perbuatan dia, saya merasa orang yang paling bodoh, yang mudah dibohongi oelh seorang laki-laki yang selama ini saya cintai, sayangi dan percayai.
Di saat hati ini tak karuan, saya berusaha untuk tegar. Saya menganggap ini adalah sebuah cobaan untuk pendewasaan diri, saya pun harus menerima hal itu. Hati saya boleh terluka oleh cintanya, tapi saya tidak mau melukai diri saya sendiri dengan terus bersedih akan hal itu. Saya percaya akan jodoh yang diberi oleh tuhan untuk saya, kalau ini jalan saya untuk berpisah dengan dia, mungkin ini yang terbaik.
Hari-hari selanjutnya sayapun bisa menerima hal itu dengan ikhlas. Hari-hari saya penuh dengan kegiatan kuliah yang sangat padat. Berbagai praktikum kuliah dan kegiatan organisasi di kampus ternyata bisa mengobati sakit hati itu.
Siang itu usai praktikum Patologi Klinik, saya bergegas ke Rumah Sakit kampus untuk meminjam berbagai peralatan praktikum selanjutnya. Saya tak perlu ke ruangan dokter Bachtiar, di koridor Rumah Sakit saya langsung bertemu dr. Bachtiar yang kebetulan juga menjadi dosen kami “ Siang Dok, hari ini kelompok Tutorial kami ada praktikum tambahan uji EKG, dosen pembimbing menyuruh saya bertemu Dokter untuk minta izin meminjam alat-alat “ ujar saya dengan nada yang sangat sopan dan terkesan sangat membutuhkan bantuan dokter itu. “ Ok, kalau begitu kamu langsung saja ke laboratorium ambil alatnya sesuai prosedur praktikum dan saya minta pertanggung jawaban dari dosen pembimbingnya ya “ jawan dokter itu yang kelihatan sangat sibuk dan dikejar oleh waktu.
“ Ya Dok, ini surat penghantarnya. “ Balas saya yang langsung menyodorkan surat itu.
“ Ok, terima kasih, saya tinggal dulu ya, saya ada tugas untuk mengoperasi pasien. “ Ujarnya.
“ Ya Dik, terima kasih banyak Dok.” Ujar saya seraya menunduk sopan tanda terima kasih.
Dokter itupun berlalu dengan senyuman dan berjalan dengan tergesa. Dan saya pun bergegas ke laboratorium umah Sakit untuk mengambil alat.
Hari itu kami penuh dengan praktikum sampai waktu untuk makan siang tertunda. Pukul 4 sore praktikum uji EKG selesai dan kami beristirahat sebentar untuk makan dan shalat.
Hari itu saya tidak bisa melaksanakan ahlat, karena lagi datang bulan, jatah rutin tiap bulan yang harus ditanggung oleh seorang wanita akibat kerja hormone Progesteron dan Estrogen yang memakasa kami kaum wanita untuk tidak bisa melaksanakn kewajiban shalat,hehehe…. Dan saya langsung menuju kantin untuk mengisi perut yang dari tadi siang demo dan akibantya cacing dalam perut pun marah dengan menobrak-abrik usus saya yang lumayan panjang, duuhhh,,, kuar juga tuh cacing, di tambah dengan lambung yang selalu bergendang sangat nyaring karena isinya kosong dan menangis pula dengan mengeluarkan asam-asamnya, sehingga membuat perut saya terasa amat sakit dan pengen muntah rasanya.
Yah, beginilah nasib para mahasiswa dan mahasiswi yang super sibuk. Kalau saja saya bisa berbincang dengan organ-organ di dalam perut saya, mungkin saya akan minta maaf atas kelalaian saya ini.
Nasi dengan lauk ayam sambal lado hijau + capcai khas makanan kantin kampus dengan segera saya santap, seakan isi perut saya ini memanggil dan langsung menerkam makanan-makanan itu. Tanpa berdo’a saya makanan itu udah dilumat oleh gigi saya dan diap ditendang ke kerongkongan dan akan menuju lambung, selanjutkan akan berpesiar ke usus dengan berbagai proses dan akhirnya akan menuju terminalnya yaitu rectum dan siap untuk diluncurkan keluar dalam bentuk zat sisa…..hehehehe…sedikit kita belajar pencernaan ya teman. Eits,, tunggu dulu, walaupun tidak membaca do’a makan, tapi saya baca bismillah dong.
Seraya menyeruput jus mangga favorit, iseng saya buka FaceBook. Ada 1 pesan yang belum di baca, langsung saya buka dan ternyata dari Fajri teman SMA dulu yang lumayan akrab dengan saya semenjak lomba karya ilmiah di SMA.
“ Za, mungkin selama ini aku tidak berani mengatakan hal ini, jujur ya Za semenjak aku kenal kamu di SMA dan kita mulai akrab saat Karya Ilmiah, saya kagum melihat kamu, melihat kamu saya merasa teduh, kamu pintar, cantik, mudah bergaul, baik, pokoknya saat itu aku mulai kagum sama kamu. Lambat laun perasaan kagum itu berubah menjadi suka dan aku juga tidak mengeeti apa yang aku rasakan ini. Dan selama kita sering berkomunikasi waktu kita kuliah di tempat dan daerah yang berbeda, rasa suka itu bertambah dan ingin rasanya saya bertemu dengan kamu. Selama ini perasaan itu bisa aku simpan, tapi lambat laun aku tidak bisa memendamnya. Za, aku suka kamu dan aku sayang kamu. Maaf atas kelancangan aku mengatakan hal ini, tapi itulah perasaan aku sama kamu. Lega rasanya hati ini bisa megatakan perasaan ini, saya sangat berharap kamu juga merasakan apa yang aku rasakan.”
Kontan saja saya terkejut membaca pesan itu. Seorang Fajri yang selama ini saya anggap hanya sebagai teman akrab, ternyata menyimpan rasa. Saya pun tidak menyangkan dengan sikap dia yang sama sekali tidak menampakkan rasa suka nya pada saya, nyatanya menyimpan perasaan yang lebih terhadap saya. Memang diantar teman-teman cowok di SMA, saya paling akrab sama dia dan begitu juga dengan komunikasi saya dengan dia yang intensitasnya sering, tapi saya tidak mengira hal ini bakal muncul di permukaan.
Saya bingung harus bagaimana, kalau boleh jujur saya sama sekali tidak punya rasa sama dia. Saya murni nganggap dia sebagai teman. Saya bingung mau membalas pesan dari dia, di lain sisi saya masih trauma akan cerita cinta saya yang pertama yang begitu pahit itu. Saya berpikir sejenak dan tiba-tiba dari belakang Novel mengagetkan saya.
“ Hayo!!!! Melamun aja, buruan habiskan tuh makanan, kasihan kan dari td di plototi dengan pandangan kosong, lagi pula gak iba kamu dengan teriakan lambungmu,,,hehehehe…. Mikir apa Neng,,,, buruan selesaikan, 5 menit lagi kt lanjut praktikum Patologi Anotomi. Kamu tahu sendiri sangsinya kalau kita terlambat.” Ujarnya panjang lebar.
“ Iya Bu Dok,,, sabar sedikit cerewet,,, pasti bakalan habis ini makanan.” Jawabku sambil menyeruput habis jus mangga.
Tak lama berselang, saya sudah berkutat dengan berbagai macam penelitian dan menganalisa berbagai penyakit dari banyak macam jaringan dan sel. Dan pesan dari Aswan pun luput dari pikiranku. Pukul 6 sore, praktikum usai dan kamipun bersiap untuk pulang.
“ Nadya, aku nebeng pulang sama kamu ya.” Ujar Novel dengan tampang memelas dengan penuh rayuan yang tidak bisa dielakkan.
“ Ya, boleh.” Jawabku singkat seraya merapikan jas lab.
“ Kok kamu aneh semenjak dari kantin td? Kamu salah makan kali ya?” Tanya Novel.
“ Gak ada apa-apa kok, yuk kita pulang.” Ujarku sambil meyandang tas.
“ Hemmm,, ya udah deh, kalau gak mau cerita… yang penting aku dapat tumpangan pulang, hehehe….” Ucapnya dengan senyuman yang paling lebar yang baru pertama kali ini aku lihat.
“ Hemmm” Aku pun membalasnnya dengan senyuman, “dasar nenek sihir yang cerewet” ujarku dalam hati.
Sesampainya di kos, aku tak langsung membereskan kamarku yg semenjak tadi malam penuh dengan kertas dan buku-buku yang berserakan. Tapi aku langsung merebahkan badanku yang sudah ngambek karena di porsir terus. Tiba-tiba saja aku teringat akan pesan Fajri, tambah pusing jadinya aku memikirkan hal itu. Bunyi dering hape ku berbunyi dalam tas.
“ Fajri calling”
“ Aduh,, gimana ya… angkat atau gak, kalau diangkat pasti dia minta jawabannya, kalau gak diangkat siapa tahu ada kepentingan lain.”
Sudah 5 panggilan tidak aku angkat, aku masih bingung, dan pada panggilan ke 6 akhirnya aku angkat.
“ Halo, Assalamu’alaikum, ya Faj ada apa?” tanyaku langsung.
“ Wassalamu’alaikum, apa kabar Za? Lagi ngapain?” tanyanya tanpa menghiraukan pertanyaan saya.
“ Aku Alhamdulillah baik, aku baru saja pulang kuliah, ada apa Faj nelpon aku ?” tanyaku lagi.
“ Pastinya kamu udah membaca pesan aku di Facebook, jadi gimana Za?” tanyanya langsung menorah ke sana, kontan saja saya sangat bingung dan mesti jawab apa.
“ Gimana apa Faj?” Tanyaku pura-pura tak tahu.
“ Jawab aja yang jujur Za, apapun jawabannya aku terima.” Ujarnya seolah bisa membaca pikiran saya yang berpura-pura bertanya.
“ Sebelumnya maaf ya, apa mesti di jawab sekarang?” Tanyaku sedikit serius.
“ Ya Za.” Jawabnya singkat dan penuh dengan harapan.
“ Kalau sekarang aku gak bisa terima kamu, maaf sebelumnya, jujur selama ini aku murni nganggap kamu teman bahkan makin akrab kita sekarang ini, aku sudah nganggap kamu sahabat. Aku juga baru putus sama pacar aku, gak semudah itu aku mengotak-atik hatiku ini. Aku harap kamu ngerti.” Jawabku jelas.
“Ok, aku bisa ngerti, aku akan tetap suka dan sayang kamu. Aku akan nunggu kamu sampai kamu bisa membuka hatimu untukku.” Ucapnya sedikit dingin.
“ Hemm… ” Balasku dengan gumaman.
“ Ya udah Za, makasih ya, Assalamu’alaikum.” Ucapnya.
“ Wasslamu’alaikum” Jawabku dan terdengar telpon tertutup diseberang sana.
Hahhhh, saya sangat bingung dan pusing ……
Capek pikiran dan jiwa, di saat saya masih merasakan pahitnya cinta, tiba-tiba cinta itu menyapa saya lagi dengan pesona yang berbeda, saya tak mengerti apa ini sebenarnya dan sayapun tak bisa berbuat apa-apa.
Mantan saya pernah berkata kalau dia masih sayang dan cinta saya,,,,,, tapi saya tidak terima penghianatan dia. Di sisi lain ada yang tulus mencintai saya dan saya yakin dia bisa menyayangi san mencintai saya tanpa penghiatan.
Saya bingung,,,,, saya tak memikirkan hal ini dulu, saya harus focus pada kuliah saya. Biarlah 2 hati itu menyimpan rasa pada saya. Biar waktu yang menjawab pilihan saya atas 2 hati yang singgah dikehidupan saya.
Maaf….. By: Za
Tidak ada komentar:
Posting Komentar