Minggu, 04 November 2012

Laporan Kasus IMPETIGO BULOSA


BAB I
PENDAHULUAN

            Impetigo merupakan salah satu bentuk pioderma superfisial dan bersifat menular, bakteri yang menyebabkannya adalah streptococcus dan staphylococcus., paling banyak terdapat pada daerah yang padat penduduk dan berhubungan erat dengan keadaan social ekonomi dan hygiene yang buruk.1,2
            Impetigo merupakan infeksi kulit yang sering terjadi pada anak-anak , tetapi dapat juga menyerang orang dewasa, umumnya mengenai anak-anak umur 2-5 tahun.1,2,3,4
            Terdapat dua bentuk klinis impetigo, yaitu impetigo krustosa /kontangiosa/ tillbury (tanpa gelembung adanya krusta/koreng) dan impetigo bulosa (dengan gelembung berisi cairan).1,2,3,5,6,7
            Tempat predileksi impetigo bulosa ini biasa pada muka sekitar hidung dan mulut, anggota gerak, ketiak, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup pakaian.3
            Diagnosis impetigo ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis yang khas. Diagnosis banding adalah pemfigus, varicela,2,4
            Pentalaksanaan dari impetigo ini dapat ini dapat dilakukan baik secara umum dan secara khusus. Secara umum mencegah dan menghindari faktor predisposisi memperbaiki hygiene diri dan lingkungan, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Secara khusus dengan cara pemberian obat topikal dan sistemik.1,2,3,4





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI
            Impetigo bulosa adalah suatu penyakit infeksi piogenik pada kulit yang superfisial dan menular disebabkan oleh staphylococcus aureus. Ditandai oleh lepuh-lupuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion. Sinonim dari impetigo vesiko-bulosa, dan cacar monyet. 1,2,3,4,5

EPIDEMIOLOGI
            Dapat terjadi pada semua umur terutama mengenai  bayi dan anak-anak, sering terdapat pada anak-anak usia 4-5 tahun, terjadi 20 dari 1000 anak pertahunnya. Mengenai kedua jenis kelamin, laki-laki dan perempuan sama banyak,. 1,5
            Lebih banyak terjadi pada daerah tropis dengan udara panas, musim panas dengan debu, hygiene yang jelek dan malnutrisi.1,5

ETIOLOGI
            Penyakit ini disebabkan oleh staphylococcus aureus. Group II strain 77 dan 55 yang memproduksi toksin epidermolisis. 1,2,3,5

PATOGENESIS
            Bakteri staphylococcus aureus masuk melalui kulit yang terluka melalui transmisi kontak langsung. Kemudian bakteri staphylococcus aureus ini memproduksi toksin (exfoliatin) menyebabkan kerusakan dibawah stratum korenum sehingga menimbulkan vesikel.1,3,5
            Mula-mula berupa vesikel, kemudian lama-kelamaan membesar menjadi bula yang sifatnya tidak mudah pecah, karena dindingnya relative lebih tebal dari impetigo krustosa. Isinya berupa cairan yang lama-kelamaan akan berubah menjadi keruh karena invasi leukosit dan akan mengendap. 1,5,6,7,8

FAKTOR PREDISPOSISI
1.      Hygiene yang kurang
2.      Malnutrisi
3.      Lingkungan yang kotor
4.      Musim panas dengan banyak debu1,2,5

GAMBARAN KLINIS
            Impetigo bulosa biasanya muncul pada bayi baru lahir, dan dikarakteristik dengan pertumbuhan cepat dari vesikel ke bula yang tegang. Beberapa dekade yang baru impetigo yang intersif (pemfigus neonatorum)/ ritter disease mengalami epidemic pada tempat-tempat perawatan bayi lahir.
                Bula biasa muncul pada kulit normal, tanda nikolsky (perpindahan dari epidermis lembaran akibat tekanan) tidak dijumpai. Bula berisi cairan kuning yang menjadi kuning pekat dan perbatasannya berbatas tegas tanpa adanya halo eritematosa.
            Bula bersifat superfisial dan berlangsung dalam 1-2 hari bula, jika bula tersebut pecah dan kolaps, kemudian membentuk lapisan yang tipis, krusta yang berwarna coklat muda dan kuning keemasan yang tepinya masih menunjukkan adanya lepuh dan tengahnya menyembuh sehingga tampak lesi sisner.
            Kadang-kadang waktu penderita datang berobat, vesikel atau bula sudah pecah sehingga yang nampak hanya koleret yang dasarnya masih eritematos. Bula yang utuh mengandung staphylococcus.
            Tempat predileksi impetigo bulosa ini biasa pada muka sekitar hidung dan mulut, anggota gerak, ketiak, dada, punggung, dan daerah yang tidak tertutup pakaian. 1,2,3,4,5,6,7,8
DIAGNOSIS

            Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa dan gambaran klinis yang khas berupa bula-bula berisi cairan kuning yang disertai kulit yang eritem disekitarnya. Pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung diagnosis impetigo bulosa adalah berupa pewarnaan gram, pemeriksaan histopatologi, dan kultur cairan. 1,5


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada impetigo bulosa dapat dilakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis yaitu:
1.         Pewarnaan gram, untuk mencari staphylococcus aureus. Biasa ditemukan adanya neutropil dengan kuman coccus gram positif berbentuk rantai atau kelompok
2.         Pemeriksaan histopatologi menunjukkan vesikel formasi pada lapisan sub korneum atau daerah formasi pada lapisan sub korneum atau daerah stratum granulosum, terdapat sel akantolisis, edema dari papila dermis dan infiltrat yang terdiri dari limfosit dan neutrofil disekitar pembuluh darah pada plexus superficial
3.         Kultur cairan, menunjukkan adanya staphylococcus aureus atau dikombinasi dengan staphylococcus beta hemolyticus grup A (GBHS) atau kadang dapat berdiri sendiri.1,5,6,7



DIAGNOSIS BANDING
1.    Impetigo Krustosa
2.    Pemfigus
3.    Varicela 2,3,5





PENATALAKSANAAN

            Pengobatan pada impetigo ini terdiri dari pengobatan umum dan khusus. Untuk pengobatan khusus, dengan pengobatan lokal dengan salep mupirocin atau krim, penghapusan kerak, dan kebersihan yang baik adalah cukup untuk menyembuhkan yang paling ringan sampai kasus moderat.

            Antibiotik sistemik mungkin diperlukan pada kasus ekstensif inisial. Frekuensi isolasi kelompok staphylococcus yang membuat terapi seperti pendekatan resonable pada kebanyakan pasien memiliki tingkat signifikan yang tinggi. Desinfektan umum atau bacitracin tidak berperan dalam terapi ini.

Penatalaksanaan pada impetigo bulosa adalah meliputi:
1.         Umum
§  Menghindari dan mencegah faktor predisposisi
§  Memperbaiki keadaan hygiene diri dan lingkungan
§  Meningkatkan daya tahan tubuh
2.      Khusus
a.       Topikal
Jika bula besar dan banyak, sebaiknya dipecahkan selanjutnya dibersihkan dengan betadine dan dioleskan dengan salep antibiotic, seperti kloramfenikol 2 % atau eritromisin 3 %
b.    Sistemik
Staphylococcus impetigo merespon cukup cepat untuk perawatan yang tepat. Dalam orang dewasa dengan lesi luas atau bulous, diberikan dicloxacillin (atau penisilin serupa) 250-500 mg per oral (PO) empat kali sehari, atau erithromycin (pada pasien alergi penisilin) 250-500 PO 4 x/hari.

Perawatan harus dilanjutkan selama 5 sampai 7 hari (10 hari jika streptococci terisolasi) juga.
Khusus single azitromisin oral (pada orang dewasa 500 mg pada hari pertama, 250 mg setiap hari pada 4 hari berikutnya) telah terbukti menjadi sama seefektif dicloxacillin untuk infeksi kulit pada orang dewasa dan anak-anak. Untuk impetigo yang disebabkan oleh erythromycin-resistant Staphylococcus aureus, yang biasanya diisolasi dari lesi impetigo anak-anak, amoxicillin ditambah clavucanis acid (25 mg / kg / hari) 3 x /hari.cephalexin (40-50 mg / kg / hari) cefaclor (20 mg / kg / hari).1,2,3,4,5,6,7,8


PROGNOSIS
           
            Pada umumnya baik apabila menghindari dan mencegah faktor predisposisi dan mendapat terapi yang tepat.2









LAPORAN KASUS

Telah datang seorang pasien perempuan bernama Sarinun, umur 83 tahun,  suku minang, agama Islam, ke poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan (RSUPM) pada tanggal 23 September 2012 dengan keluhan utama gelembung-gelembung berisi nanah  yang tidak disertai gatal dan nyeri pada punggung sejak 3 hari yang lalu. Awalnya  gelembung berisi nanah yang tidak disertai gatal dan perih ini berukuran kecil, semakin lama gelembung ini semakin membesar dan menyebar keseluruh punggung dan lengan kanan atas. Karena gesekan gelembung ini pecah. Demam tidak dijumpai. Gelembung ini muncul sejak os pulang dari rawat inap RSUPM karena sesak nafas dan stroke.. Karena  gelembung ini semakin banyak akhirnya keluarga os memutuskan untuk membawa os berobat ke Poliklinik Kulit & Kelamin RSUPM.

            Dari alloanamnesa riwayat penyakit keluarga, tidak ditemukan keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti os, Riwayat pemakaian obat dijumpai obat darah tinggi yaitu amlodipin.
            Dari pemeriksaan dermatologis dijumpai ruam berupa pustula, bula hipopion,plak eritema, krusta, koleret pada regio vertebralis, regio scapularis dextra et sinistra, regio infra scapularis dextra et sinistra, regio lumbalis dextra et sinistra, dan regio brachialis dextra.
            Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik maka diagnosis banding dari penyakit ini adalah  impetigo bulosa, impetigo krustosa, pemfigus vulgaris, dan varicela.
            Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah dengan menyarankan kepada penderita untuk mengindari faktor predisposisi seperti: menjaga kebersihan pribadi, hindari garukan, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Secara khusus, pada pasien ini diberikan terapi topikal yaitu bersihkan pustula dan bula dengan kompres NaCl 0,9 %  kemudian diberikan salap antibiotik mertus cream ( Mupirocin 2 % ). Secara sistemik dapat diberikan antibiotik yaitu eritromisin 4 x 500 mg/hari, dan imunos 1 x /hari.
            Prognosa pada pasien ini baik,  apabila menghindari dan mencegah faktor predisposisi, menjaga kebersihan diri dan mendapat terapi yang tepat. 



DISKUSI

            Diagnosis impetigo bulosa pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dimana dari anamnesa dijumpai berupa gelembung berisi nanah yang tidak disertai rasa gatal dan nyeri di punggung dan lengan tangan atas sejak 3 hari ini. Awalnya gelembung ini berukuran kecil kemudian semakin lama semakin membesar dan menyebar keseluruh punggung dan lengan atas kanan. Karena gesekan gelembung ini pecah. Demam tidak dijumpai. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa gejala klinis dari impetigo bulosa adalah berupa eritema, vesikel, pustula, dan bula hipopion. Ruam ini dikelilingi bercak eritem dan berbatas tegas.

            Diagnosis banding pada kasus ini adalah impetigo bulosa, impetigo krustosa,dan    pemfigus. Hal ini sesuai dengan kepustakaan menyatakan bahwa diagnosis banding adalah impetigo bulosa, impetigo krustosa, dan pemfigus.

            Penatalaksanaan pada kasus ini secara umum adalah menghindari dan mencegah faktor predisposisi, memperbaiki hygiene diri dan lingkungan, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Penatalaksanaan secara khusus adalah diberikan NaCl 0,9 % , kompres pada pustula/bula hipopion yang sudah pecah. Kemudian dioleskan antibiotic salep Mertus cream  ( Mupirocin 2 % ). Kemudian diberikan obat sistemik yaitu eritomisin 4 x 500 mg/hari dan imunos 1 x/hari.  Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa penatalaksanaan untuk impetigo secara umum adalah menghindari dan mencegah faktor predisposisi, memperbaiki hygiene diri dan lingkungan, meningkatkan daya tahan tubuh dan secara khusus adalah secara topikal dapat diberikan antibiotic salep seperti kloramfenikol 2 % atau eritromisin 3 %, secara sistemik dapat diberikan jika timbul gejala konstitusi.

            Prognosa dari pasien ini baik, apabila menghindari dan mencegah faktor predisposisi dan mendapatkan terapi yang tepat.


FOTO PASIEN 
 
Pada gambar tampak gambaran pustula dengan dasar eritematosa, bula hipopio, krusta, dan koleret





Pada gambar tampak gambaran pustula dengan dasar eritematosa, bula hipopion, krusta, dan koleret

          



Pada gambar tampak gambaran pustula dengan dasar eritematosa, bula hipopio, krusta, dan koleret




Daftar Pustaka

1.    Harahap, M. Infeksi bakteri kulit stafilokok dan streptokok-ilmu penyakit kulit. Jakarta. Hipokrates. Hal 46-49
2.    Atlas Penyakit Kulit & Kelamin, edisi kedua. Fakultas Kedokteran Airlangga. Hal 27-29
3.    Djuanda, A Hamzah M. 2007.  Pioderma, in Djuanda A, hamzah M, in Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Edisi ke 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 57-59
4.    Siregar Dr. Atlas berwarna saripati Penyakit Kulit, Edisi kedua, Penerbit EGC. Hal 47-50
5.    Riesthy R, Diana.  Kusharjuni, Budiastuti. Impetigo Bulosa. EGC. Hal 91-93
6.    Craft N, et all. Superficial Cutaneus Infection And Pyodermas in Craft, et all (eds) FitzPatrick’s Dermatology In General Medicine. Edisi ke-7 Vol 1 & 2. USA. Mc Graw Hill Companies, 1694-1698.
7.    W. Sterry, R. Paus, Pyoderma in Thieme clinical companious, hal 75-76
8.    Jhon SC english, pyoderma in general dermatology, chapter 9, bacterial infection.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar