Minggu, 04 November 2012

Laporan Kasus AKNE VULGARIS


 AKNE VULGARIS

PENDAHULUAN

            Akne vulgaris merupakan penyakit yang umum, dapat sembuh sendiri, yang menyerang folikel-folikel pilosebasea dan biasanya nampak pertama kali pada umur belasan tahun. Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papula, pustula, nodul, jaringan parut dan kista pada daerah-daerah predileksi, seperti di wajah, bahu, leher bagian belakang, bagian atas dari ekstremitas superior, dada bagian depan dan punggung bagian atas. Akne yang berat bisa meluas ke bawah ke arah tangan, sepanjang seluruh bagian tengah punggung dan terus hingga ke bokong. (1,2,3,4,5,6,7)
            Biasanya, akne vulgaris mulai timbul pada masa pubertas. Pada wanita, insiden terbanyak terdapat pada usia 14-17 tahun, sedangkan pada laki-laki insiden terbanyaknya pada usia 16-19 tahun. Biasanya wanita lebih banyak terkena akne vulgaris dibandingkan dengan pria. Pada waktu pubertas, terdapat kenaikan dari hormon androgen yang beredar dalam darah, yang mana dapat menyebabkan hipersekresi dari glandula sebasea. (1,2, )
            Glandula sebasea atau kelenjar palit terdapat di seluruh permukaan kulit manusia, kecuali di telapak tangan dan kaki. Kelenjar palit atau glandula sebasea ini disebut juga kelenjar holokrin. Glandula sebasea ini biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum yang dihasilkan oleh kelenjar palit atau glandula sebasea merupakan faktor penting untuk terjadinya akne vulgaris. Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol, di mana sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen. Pada anak-anak jumlah kelenjar palit sedikit, sedangkan pada pubertas kelenjar palit menjadi lebih besar dan banyak serta mulai berfungsi secara aktif oleh karena adanya hormon androgen. (1)
            Meskipun etiologi yang pasti penyakit ini belum diketahui, namun ada berbagai faktor yang berkaitan dengan patogenesis akne vulgaris ini misalnya sebum, bakteri, herediter, hormon, psikis, pemakaian kosmetika serta bahan-bahan kimia.  Patogenesisnya dipengaruhi oleh perubahan pola keratinisasi dalam folikel rambut yang biasanya berlangsung longgar namun berubah menjadi padat, peningkatan produksi sebum, peningkatan jumlah flora folikel dan proses peradangan. (1,2)
            Pertumbuhan kelenjar palit dan peningkatan produksi sebum dipengaruhi oleh adanya hormon androgen. Pada penderita akne, terdapat peningkatan konversi hormon androgen yang normal beredar dalam darah ke bentuk metabolit yang lebih aktif. Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum. Hormon ini menyebabkan kelenjar palit bertambah besar dan produksi sebum meningkat. Dengan meningkatnya produksi sebum, menyebabkan peningkatan unsur komedogenik dan inflamatogenik penyebab terjadinya lesi akne. (1,2,3)
Perubahan pola keratinisasi dalam folikel pilosebasea dipengaruhi oleh peningkatan produksi sebum. Akibat dari meningkatnya sebum pada penderita akne, maka terjadi penurunan konsentrasi asam linoleik pada epitel folikel, dimana hal ini akan menimbulkan hiperkeratosis folikular dan penurunan fungsi barier dari epitel folikel. Lalu terjadi gangguan pada bagian bawah dinding folikular yaitu berupa perlekatan sel tanduk, sehingga akibatnya terjadi dilatasi folikel pilosebasea, dan mengakibatkan terjadinya mikrokomedo. Selanjutnya mikrokomedo akan berkembang menjadi komedo tertutup dan komedo terbuka. Kelainan ini dapat berkembang menjadi lesi akne yang mengalami peradangan seperti papul, pustul, nodul, kista dan akhirnya akan menjadi jaringan parut.  (1,2,3)
Adanya peningkatan jumlah flora folikel seperti Propionibacterium acne atau Corynebacterium acne  juga menyebabkan terjadinya akne. Namun, bakteri ini bukanlah menjadi penyebab primer pada proses patologis akne. Bakteri ini berperan dalam proses kemotaktik inflamasi serta pembentukan enzim lipolitik seperti lipase dan hialuronidase yang mengubah fraksi lipid sebum, sehingga menimbulkan peradangan folikel dan akibatnya terbentuk papula, pustula atau nodul. (1,2,3)
            Erupsi timbul pada tempat predileksi terutama pada wajah dengan efloresensi mula-mula berupa komedo, dan selanjutnya menjadi pustula atau nodus dan kista. Dapat disertai rasa gatal, namun umumnya keluhan penderita adalah adanya keluhan estetika. (1)
Komedo adalah gejala patognomonik bagi akne yang berupa papul miliar yang di tengahnya mengandung sumbatan sebum, bila berwarna hitam akibat mengandung unsur melanin disebut komedo hitam atau komedo terbuka (black comedo, open comedo). Sedangkan bila berwarna putih karena letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin disebut komedo putih atau komedo tertutup (white comedo, close comedo). (1)
Bila lesi sembuh, maka lesi dapat meninggalkan eritema dan hiperpigmentasi pasca inflamasi, bahkan dapat terbentuk sikatrik seperti cetakan es yang atrofik dan keloid. (1,2,3)

Klasifikasi akne secara klinik dibedakan berdasarkan : (1,2)
a.      Tingkat keseluruhan (0verall Grading)
Klasifikasi berdasarkan metode Pillsbury dan kawan-kawan (1963) membagi berat ringannya akne berdasarkan ada atau tidaknya peradangan, yaitu :
-          Komedo di wajah
-          Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di wajah
-          Komedo, papul, pustul, dan peradangan lebih dalam di wajah, dada, punggung
-          Akne konglobata

b.      Perhitungan lesi
Klasifikasi berdasarkan metode Plewig dan Kligman (1975) membagi akne menjadi tiga tipe yaitu :
-          Akne tipe komedo
-          Akne tipe papulopustular
-          Akne konglobata

Gradasi akne vulgaris menurut Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo (1982) mempunyai 3 gradasi (1) :
1.      Akne gradasi ringan
2.      Akne gradasi sedang
3.      Akne gradasi berat

Diagnosis akne vulgaris dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat ditemukan keluhan yang bersifat subjektif, biasanya pasien mengeluh timbil bintil-bintil merah, rasa gatal dan pedih. Lesi-lesi jerawat yang disertai peradangan mungkin terasa gatal waktu baru mulai dan terasa sakit bila ditekan. Hal ini sangat mengganggu dalam hal psikologis karena berkaitan dengan estetika. Pada pemeriksaan klinis dapat ditemukan lesi yang khas berupa komedo dan bila terjadi peradangan akan terbentuk ruam berupa papul, pustul, nodul, dan kista di tempat predileksinya. (1,7)
Pada pemeriksaan penunjang bisa dilakukan pemeriksaan histopatologi, pemeriksaan mikrobiologi untuk pemeriksaan terhadap mikroorganisme misalnya Propionibacterium acne dan juga dilakukan analisis komposisi asam lemak di kulit. (1,7)
Diagnosis banding akne vulgaris yaitu Erupsi akneiformis, Rosasea dan Folikulitis. (1,2,6,7)
Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi usaha untuk mencegah terjadinya erupsi (preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi (kuratif). Kedua usaha tersebut harus dilakukan secara bersamaan mengingat bahwa kelainan ini terjadi akibat berbagai faktor (multifaktorial), baik faktor internal dari dalam tubuh sendiri, maupun faktor eksternal yang kadang tidak dapat dihindari oleh penderita. (1)

Penatalaksanaan secara umum : (1)
1.      Menghindari terjadinya peningkatan jumlah produksi sebum dan perubahan isi sebum dengan cara : diet rendah lemak dan karbohidrat, melakukan perawatan kulit wajah untuk membersihkan permukaan kulit dari kotoran dan jasad renik.
2.      Menghindari faktor pemicu terjadinya akne, misalnya : dengan cara hidup sehat, cukup istirahat, hindari stress, olahraga, dan penggunaan kosmetika secukupnya.
3.      Memberikan informasi yang cukup pada penderita mengenai penyebab penyakit, pencegahan, maupun lama pengobatannya, serta prognosisnya.

Penatalaksanaan secara khusus : (1,2,3,4,5,6,7)
1.         Topikal
Pengobatan topikal dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan peradangan, dan mempercepat penyembuhan lesi. Obat terdiri atas :
-          Bahan iritan yang dapat mengelupaskan kulit misalnya Sulfur 2-10 % ; Asam salisilat 3-5 % ; Benzoil peroksida 2,5-10 % ; Vitamin A 0,025-0,1% yang biasanya diberikan pada lesi akne yang berupa komedo.
-          Antibiotik topikal seperti Tetrasiklin (1%), Eritromisin (1%) dan Klindamisin fosfat 1%, yang biasanya diberikan untuk akne tipe papulopustular yang ringan.
-          Antiperadangan topikal yaitu berupa salap atau krim kortikosteroid kekuatan ringan atau sedang misalnya hidrokortison 1-2,5%, atau suntikan intralesi kortikosteroid kuat seperti triamnisolon asetonid 10 mg/cc pada lesi nodulo-kistik.
2.         Sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktivitas jasad renik, mengurangi reaksi radang, dan menekan produksi sebum. Dapat diberikan :
-          Antibiotik sistemik seperti Tetrasiklin 250 mg 3-4 kali sehari, Eritromisin 250 mg 4 kali sehari. Doksisiklin 50 mg/hari selama 12 minggu atau Trimetoprim 100 mg 3 kali sehari.
-          Obat hormonal untuk menekan produksi androgen seperti estrogen 50 mg/hari selama 21 hari, atau antiandrogen siproteron asetat 2 mg/hari.
-          Vitamin A dan retinoid oral misalnya isotretinoin 0,5-1 mg/kgBB/hari.
-          Antiinflamasi nonsteroid seperti Ibuprofen 600 mg/hari.

Tindakan bedah
Tindakan bedah kulit yang dipilih harus disesuaikan dengan macam dan kondisi jaringan parut yang terjadi. Tindakan dilakukan setelah akne vulgarisnya sembuh. Jenis bedah kulit yaitu : bedah skalpel, bedah listrik, bedah kimia, bedah beku dan dermabrasi. (1)

Umumnya prognosis penyakit ini adalah baik. Akne vulgaris umumnya sembuh sebelum mencapai usia 30-40 tahun. Jarang terjadi Akne vulgaris sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat sehingga perlu dirawat inap di rumah sakit. (1,7)

 
LAPORAN KASUS

Telah datang seorang pasien perempuan bernama Silvia Savitri, berumur 30 tahun, suku Batak, agama Islam, berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU dr. Pirngadi Medan pada tanggal 4 Oktober 2012, dengan keluhan utama benjol-benjol kemerahan yang disertai rasa gatal dan pedih pada wajah sejak ± 2 minggu yang lalu, dan memberat dalam 1 minggu ini. Awalnya berupa bintil-bintil kemerahan di dagu yang disertai rasa gatal dan pedih ± 2 minggu yang lalu. Sebelum bintil-bintil kemerahan itu timbul, os menggunakan pembersih wajah sari ayu dan os mempunyai riwayat jerawat sejak ± 17 tahun yang lalu. Setelah menggunakan pembersih wajah sari ayu tersebut, bintil-bintil kemerahan tersebut membesar dan menjadi benjol-benjol kemerahan disertai rasa pedih dan bernanah. Karena itu, os menggunakan salap veril, sehingga benjolan tersebut mengempis dan nanah tersebut pecah dan menjadi keropeng. Namun, benjolan timbul lagi di daerah alis mata dan sekitar dagu yang terasa pedih dan gatal. Sebelumya os pernah berobat ke spesialis kulit dan kelamin sejak ± 7 tahun yang lalu, kemudian diberi obat makan dan salap, tapi os lupa namanya. Karena tidak kunjung sembuh, os memutuskan untuk berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU dr. Pirngadi Medan.
 Dari anamnesa, riwayat penyakit keluarga dijumpai yaitu ibu, kakak, adek dan tantenya juga berjerawat. Riwayat penyakit terdahulu dijumpai yaitu riwayat alergi makanan seafood. Riwayat pemakaian obat dijumpai yaitu os menggunakan pembersih wajah sari ayu dan salap veril.
Dari pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum dan status gizi baik. Pada pemeriksaan dermatologi dijumpai ruam berupa komedo, papul, pustul, nodul eritema, erosi, krusta dan scar/sikatrik. Lokalisasinya di regio buccalis dextra et sinistra, regio mentalis dextra et sinistra, dan regio palpebralis superior dexra et sinistra.
  Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka diagnosis banding pasien ini adalah Akne vulgaris, Erupsi akneiformis, Folikulitis dan Rosasea. Diagnosis sementaranya adalah Akne vulgaris.
            Penatalaksanaan pasien ini secara umum adalah menjaga kebersihan kulit wajah, menghindari faktor pencetus seperti makanan yang berlemak dan seafood. Yang terpenting untuk os adalah tidak memakai alat kosmetik sembarangan yang umumnya bersifat komedogenik. Penatalaksanaan secara khusus yaitu terapi topikal dan sistemik. Terapi secara topikal berupa Retinoid acid krim (Vitacid) 0,025 % dioleskan 1 kali sehari sebelum tidur. Terapi secara sistemik berupa Minocycline (Nomika) 100 mg 2 kali sehari dan Cetirizine 2HCL (Ryzo) 10 mg 1 kali sehari.
            Prognosis pada pasien ini adalah baik.



DISKUSI
 Diagnosis akne vulgaris pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis dijumpai keluhan utama berupa benjol-benjol kemerahan yang disertai rasa gatal dan pedih pada wajah sejak ± 2 minggu yang lalu dan memberat ± 1 minggu ini. Pada pemeriksaan dermatologis dijumpai komedo, papul, pustul, nodul eritema, erosi, dan sikatrik. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul dan kista pada tempat predileksi.
Lokalisasinya di regio buccalis dextra et sinistra, regio mentalis dextra et sinistra dan regio palpebralis superior dextra et sinistra. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa tempat predileksi akne vulgaris adalah wajah, bahu, leher, dada, punggung, dan lengan atas bagian luar.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka diagnosis banding pada kasus ini adalah Akne vulgaris, Erupsi akneiformis, Rosasea dan Folikulitis. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa diagnosis banding akne vulgaris adalah Erupsi akneiformis, Rosasea dan Folikulitis.
Penatalaksanaan pada pasien ini ada secara umum dan secara khusus. Penatalaksanaan secara umum adalah menjaga kebersihan kulit wajah, berhati-hati dalam pemakaian kosmetik dan menghindari faktor pencetus seperti makanan yang mengandung banyak lemak dan seafood. Penatalaksanaan secara khusus adalah terapi secara topikal berupa Retinoid acid krim (Vitacid) 0,025 % dioleskan 1 kali sehari sebelum tidur. Untuk terapi secara sistemik berupa Minocycline (Nomika) 100 mg 2 kali sehari dan Cetirizine 2HCL (Ryzo) 10 mg 1 kali sehari. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa pengobatan akne vulgaris secara umum adalah diet rendah lemak dan karbohidrat, serta melakukan perawatan kulit wajah dari kotoran dan jasad renik. Pengobatan secara khusus terdiri dari terapi topikal dan sistemik. Secara topikal berupa bahan iritan yang dapat mengelupaskan kulit misalnya Benzoil peroksida 2,5-10 %, Vitamin A 0,025-0,1% yang biasanya diberikan pada lesi akne yang berupa komedo. Antibiotik topikal seperti Tetrasiklin 1% dan Klindamisin fosfat 1%, yang biasanya diberikan untuk akne tipe papulopustular yang ringan. Antiperadangan topikal yaitu berupa salap atau krim hidrokortison 1-2,5% atau suntikan intralesi kortikosteroid kuat seperti triamnisolon asetonid 10 mg/cc pada lesi nodulo-kistik. Pengobatan sistemik dapat diberikan antibiotik sistemik seperti Tetrasiklin 250 mg 3-4 kali sehari, Doksisiklin 50 mg/hari selama 12 minggu. Obat hormonal seperti estrogen 50 mg/hari selama 21 hari, atau antiandrogen siproteron asetat 2 mg/hari. Vitamin A dan retinoid oral misalnya isotretinoin 0,5-1 mg/kgBB/hari. Antiinflamasi nonsteroid seperti Ibuprofen 600 mg/hari.
Prognosis pada pasien ini adalah baik, hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa umumnya prognosis penyakit ini baik. Akne vulgaris umumnya sembuh sebelum mencapai usia 30-40 an. Jarang terjadi akne vulgaris yang menetap sampai tua atau mencapai gradasi sangat berat. 


Foto Pasien

Tampak nodulokistik yang eritema, papul, pustul dan krusta pada regio mentalis dan buccalis

Tampak papul, komedo dan sikatrik/jaringan parut.

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda A, dkk. Akne Vulgaris. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2007. Hal : 254-259
Harahap M. Akne Vulgaris. Dalam : Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates. 2000. Hal : 35-45
Graham Robin, Brown. Akne Vulgaris. Dalam : Lecture Notes On Dermatologi Edisi Kedelapan. 2005. Jakarta : Erlangga. Hal : 55-63
Graham Robin, Brown. Akne dan Rosasea. Dalam : Dermatologi Dasar untuk Praktik Klinik. Jakarta : EGC. 2010. Hal : 204-208
Arndt K. Akne. Dalam : Pedoman Terapi Dermatologis. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medika. 1980. Hal 3-9
SMF Kesehatan Kulit dan Kelamin. Akne Vulgaris. Dalam : Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kedua. Surabaya : FK UNAIR/RSUD Dr. Soetomo. 2012. Hal: 169-172
Siregar R.S. Akne Vulgaris. Dalam : Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Jakarta : EGC. 2004. Hal : 178-179





2 komentar:

  1. Salam kenal..
    Saya mau tanya, kira-kira banyak gak kasus akne vulgaris di pirngadi? soalnya mau buat KTI tentang itu, tapi dibilang sedikit atau bahkan gak ada kasus akne di sana.. mohon petunjuk.. terima kasih..

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus