Minggu, 12 Juni 2011

Ca Serviks

LAPORAN TUTORIAL
MODUL OBSTETRI GINECOLOGY
TRIGGER 3 : Ca Serviks

OLEH
Kelompok Tutorial XII
Fasilitator : dr. Rika Amran
Ketua : Arlinda Syafutri (08-120)
Sekretaris : Yuliza Chyntia Utami (08-117)
Anggota : Rindu Angelia (08-111)
Nesa Renata (08-112)
Sindy Zelvia (08-113)
Oktavia Tiffany (08-114)
Fathya Moeslim (08-115)
Nurhasmaryani (08-116)
Shendy Amalia Putri (08-118)
Fritska Hamelia Sari (08-119)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2011

Modul Obstetri Ginekologi
Trigger 3 : Ca Cervix
Ibu umur 45 thn, P3H3A1, dating ke Poli RS dengan KU ada perdarahan diluar haid. Data-data anamnesa, setiap kontak coitus, terjaddi perdarahan. Riwayat penyakit : sering menderita keluar dari vagina keputihan, gatal-gatal, kemudian akhir-akhir ini agak berbau.
Dulunya pernah ber KB dengan spiral lamanya 5 tahun, kemudian dibuka oleh bidan karena adanya keluhan keputihan, si Ibu takut kalau terjadi kehamilan.
Pernah konsul ke dokter ahli kandungan, di pap smear hasinya radang kronis dan ada yang mencurigakan keganasan.

STEP I
CLARIFY UNFAMILIIAR TERMS
1. Ca Cerviks : kanker leher rahim
2. Spiral : alat kontasepsi yang diletakkan ddalam rahim
3. Pap smear : Metode screening ginekologi untuk mendeteksi perubahan sel-sel yang terjadi di dalam serviks uterus.

STEP II
DEFINE THE PROBLEM

1. Mengapa pada setiap kontak coitus terjadi perdarahan?
2. Apa penyebab Ca serviks?
3. Apa gejala Ca Serviks?
4. Apa diagnose Ca Serviks?
5. Sebutkan pencegahan untuk Ca Serviks!
6. Sebutkan penatalaksanaan Ca Serviks!
7. Apa tujuan dari pemeriksaan Pap Smear?
8. Siapa saja yang mempunyai factor resiko Ca Serviks?


STEP III
BRAINSTORM POSSIBLE HYPOTHESIS OR EXPLANATION

1. Karena mungkin adanya polip pada serviks uteri, sehingga saat coitus, tertumbuk dan terjadi perderahan.
2. Faktor aktivitas seksual : kemungkinan multipartner
Infeksi serviks menahun : HPV
3. – Vagina keputihan, gatal, agak berbau.
- Pada coitus terjadi perdarahan
- Nyeri
- Anemia
- BB menurun
- Terjadi metastasis ke paru, hati, oto, tulang
4. Pap Smear
5. – Mengganti pakaian dalam secara teratur
- Menjaga kebersihan daerah kelamin
- Tidak menggonta-ganti pasangan
6. Penatalaksanaannya berdasarkan stadium, misalnya pada stadium 1 dengan biopsy dan histerektomi, pada stadium lanjut dengan radioterapi.
7. Untuk mendeteksi Ca Serviks.
8. – Kawin usia muda
- Bergonta-ganti pasangan
- Tidak bersih dalam menjaga daerah intim

STEP IV
ARRANGE EXPLANATION INTO A TENTATIVE SOLUTION


STEP V
DEFINE LEARNING OBJECTIVE
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang :
1. Ca Serviks : Etiologi, gejala, factor resiko, pathogenesis, diagnosis, penatalaksaan , stadium.
2. Hubungan keputihan dengan pemakaian IUD Spiral.
3. Hubungan keputihan dengan Ca Serviks.
4. Penyebab perdarahan setelah coitus.
STEP VI
GATHER INFORMATION AND PRIVATE STUDY


STEP VII
SHARE THE RESULT OF INFORMATION AND PRIVATE STUDY


1. Ca Serviks
Kanker leher rahim adalah tumor ganas/karsinoma yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks, yaitu suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang telah berumur, tetapi bukti statistik menunjukan bahwa kanker leher rahim dapat juga menyerang wanita yang berumur antara 20 sampai 30 tahun (Anonim, 2007).
90% dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa (pada jaringan epitel) yang melapisi serviks sedangkan 10% berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim (Anonim, 2005).
Gambar organ reproduksi wanita:

Menurut Globacan (2002) di seluruh dunia setiap tahun ada 493.243 wanita terdiagnosa kanker serviks, 273.505 meninggal. Di dunia, lebih dari 700 wanita meninggal setiap hari karena kanker serviks. Di Indonesia, kanker serviks menempati urutan pertama kanker pada wanita.
Setiap hari di Indonesia ada 40 orang wanita terdiagnosa dan 20 wanita meninggal karena kanker serviks. Karena kanker serviks merupakan penyakit yang telah diketahui penyebabnya dan telah diketahui perjalanan penyakitnya. Ditambah juga sudah ada metode deteksi dini kanker serviks dan adanya pencegahan dengan vaksinasi, seharusnya angka kejadian dan kematian akibat kanker servik dapat diturun. Banyaknya kasus kanker serviks di Indonesia disebabkan pengetahuan tentang kanker servik yang kurang sehingga kesadaran masyarakat untuk deteksi dini pun masih rendah.

INSIDENSI KANKER LEHER RAHIM
Pada tahun 2008, kasus Kanker Leher Rahim masih menduduki peringkat pertama insidensi kanker di Indonesia. Menurut sumber yang didapat, wanita yang telah terserang kanker ini lebih dipicu lagi dengan kebiasaan mereka akan merokok (Anonim, 2007).
Menurut para ahli kanker, kanker leher rahim adalah salah satu jenis kanker yang paling dapat dicegah dan disembuhkan dari semua kasus kanker. Meskipun demikian, di wilayah Australia barat, tercatat sebanyak 85 orang wanita didiagnosa positif terhadap kanker leher rahim setiap tahun. Dan pada tahun 1993, 40 wanita telah tewas menjadi korban keganasan kanker ini (Yohanes, 2000).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, saat ini penyakit kanker serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia. Di Indonesia, setiap tahun terdeteksi lebih dari 15.000 kasus kanker serviks.
Sekitar 8000 kasus di antaranya berakhir dengan kematian. Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita kanker serviks yang tertinggi di dunia. Mengapa bisa begitu berbahaya? Pasalnya, kanker serviks muncul seperti musuh dalam selimut. Sulit sekali dideteksi hingga penyakit telah mencapai stadium lanjut.

PENYEBAB
Pertama, kanker serviks disebabkan oleh virus HPV (Human Papilloma Virus). Virus ini memiliki lebih dari 100 tipe, di mana sebagian besar di antaranya tidak berbahaya dan akan lenyap dengan sendirinya. Jenis virus HPV yang menyebabkan kanker serviks dan paling fatal.Akibatnya adalah virus HPV tipe 16 dan 18.

click to zoom : kanker serviks
Kedua, selain disebabkan oleh virus HPV, sel-sel abnormal pada leher rahim juga bisa tumbuh akibat paparan radiasi atau pencemaran bahan kimia yang terjadi dalam jangka waktu cukup lama.
Hingga saat ini Human Papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab 99,7% kanker serviks. Virus papilloma ini berukuran kecil, diameter virus kurang lebih 55 nm. Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, HPV tipe 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56 dan 58 sering ditemukan pada kanker maupun lesi pra kanker serviks. HPV tipe 16 dan 18 merupakan 70 % penyebab kanker serviks.
Sebenarnya sebagian besar virus HPV akan menghilang sendiri karena ada system kekebalan tubuh alami, tetapi ada sebagian yang tidak menghilang dan menetap. HPV yang menetap inilah yang menyebabkan perubahan sel leher rahim menjadi kanker serviks. Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV, tahap pre kanker hingga menjadi kanker serviks memakan waktu 10 – 20 thn.
Penyebab paling utama kanker servik adalah anggota famili Papovirida yaitu HPV (Human Papiloma Virus) yang mempunyai diameter 55 µm dan virus ini ditularkan secara seksual. HPV memiliki kapsul isohedral yang telanjang dengan 72 kapsomer, serta mengandung DNA circular double stranded dengan panjang kira – kira 8000 pasang basa (La Russo, 2004; Sjamsuddin, 2001).
Berdasarkan penelitian Sjamsuddin (2001), disimpulkan bahwa terdapat 3 golongan tipe HPV dalam hubungannya dengan kanker serviks, yaitu : 1) HPV resiko rendah, yaitu HPV tipe 6 dan 11, 46 yang jarang ditemukan pada karsinoma invasif ; 2) HPV resiko sedang, yaitu HPV 33, 35, 40, 43, 51, 56, dan 58 ; 3) HPV resiko tinggi, yaitu HPV tipe 16, 18, 31. Ketiga jenis HPV ini dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang abnormal, namun hanya tipe 2 dan 3 yang menyebabakan kanker (Anonim, 2006; Yamato et al., 2006).


FAKTOR RESIKO
Faktor resiko kanker leher rahim (Anonim, 2008b) :
1. Infeksi virus HPV (Human Papiloma Virus)
2. Penyakit menular seksual
3. Memulai aktifitas seksual pada usia yang sangat muda
4. Berganti-ganti pasangan seks
5. Pemakaian kontrasepsi
6. Pemakaian Dietilstilbestrol (DES)
7. Sering melahirkan
8. Penyakit yang menekan sistem imun
9. Merokok
10. Genetik

1.Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.

2. Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping.

3. Merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-karsinogen infeksi virus.

4. Defisiensi zat gizi
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).

5. Trauma kronis pada serviks seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun


TANDA-TANDA / GEJALA

Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.
2. Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah.
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

Seperti layaknya kanker, jenis kanker ini juga dapat mengalami penyebaran (metastasis). Penyebaran kanker serviks ada tiga macam, yaitu :
1 Melalui pembuluh limfe (limfogen) menuju ke kelenjar getah bening lainnya.
2 Melalui pembuluh darah (hematogen)
3 Penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing dan rectum.

Penyebaran jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe terutama ke paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dan supraklavikuler, tulang dan hati. Penyebaran ke paru-paru menimbulkan gejala batuk, batuk darah, dan kadang-kadang nyeri dada. Kadang disertai pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula terutama sebelah kiri.

PATOGENESIS
Sebenarnya sebagian besar virus HPV akan menghilang sendiri karena ada system kekebalan tubuh alami, tetapi ada sebagian yang tidak menghilang dan menetap. HPV yang menetap inilah yang menyebabkan perubahan sel leher rahim menjadi kanker serviks. Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV, tahap pre kanker hingga menjadi kanker serviks memakan waktu 10 – 20 thn.
Dari infeksi virus HPV sampai menjadi kanker serviks memerlukan waktu bertahun-tahun, bahkan lebih dari 10 tahun. Pada tahap awal infeksi virus akan menyebabkan perubahan sel-sel epitel pada mulut rahim, sel-sel menjadi tidak terkendali perkembangannya dan bila berlanjut akan menjadi kanker.
Pada tahan awal infeksi sebelum menjadi kanker didahului oleh adanya lesi prakanker yang disebut Cervical Intraepthelial Neoplasia (CIN) atau Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS). Lesi prakanker ini berlangsung cukup lama yaitu memakan waktu antara 10 -¬ 20 tahun. Dalam perjalanannya CIN I (NIS I) akan berkembang menjadi CIN II (NIS II) kemudian menjadi CIN III (NIS III) yang bila penyakit berlanjut maka akan berkembang menjadi kanker serviks.
Konsep regresi spontan serta lesi yang persiten menyatakan bahwa tidak semua lesi pra kanker akan berkembang menjadi lesi invasive atau kanker serviks, sehingga diakui masih banyak faktor yang mempengaruhi. CIN I (NIS I) hanya 12 % saja yang berkembang ke derajat yang lebih berat, sedangkan CIN II (NIS II) dan CIN III (NIS III) mempunyai risiko berkembang menjadi kanker invasif bila tidak mendapatkan penanganan.
Penularan virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual, terutama yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan. Penularan virus ini dapat terjadi baik dengan cara transmisi melalui organ genital ke organ genital, oral ke genital, maupun secara manual ke genital.

click to zoom : sisi lain kanker serviks
Karenanya, penggunaan kondom saat melakukan hubungan intim tidak terlalu berpengaruh mencegah penularan virus HPV. Sebab, tak hanya menular melalui cairan, virus ini bisa berpindah melalui sentuhan kulit. Henah lo, mangkanya jangan jajan yaa.


DIAGNOSIS
Deteksi Kanker Serviks
Bagaimana cara mendeteksi bahwa seorang wanita terinfeksi HPV yang menyebabkan kanker serviks? Gejala seseorang terinfeksi HPV memang tidak terlihat dan tidak mudah diamati. Cara paling mudah untuk mengetahuinya dengan melakukan pemeriksaan sitologis leher rahim. Pemeriksaan ini saat ini populer dengan nama Pap smear atau Papanicolaou smear yang diambil dari nama dokter Yunani yang menemukan metode ini yaitu George N. Papanicolaou. Namun, ada juga berbagai metode lainnya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV dan kanker serviks seperti berikut:
• IVA
IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat. Metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat. Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan.
• Pap smear
Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks.
• Thin prep
Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.
• Kolposkopi
Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. Jika ada yang tidak normal, biopsi — pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh — dilakukan dan pengobatan untuk kanker serviks segera dimulai.
Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim, test ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada laher rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan miroskop.
Saat ini telah ada teknik thin prep (liquid base cytology) adalah metoda pap smear yang dimodifikasi yaitu sel usapan serviks dikumpulkan dalam cairan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran, darah, lendir serta memperbanyak sel serviks yang dikumpulkan sehingga akan meningkatkan sensitivitas. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengunakan semacam sikat (brush) kemudian sikat dimasukkan ke dalam cairan dan disentrifuge, sel yang terkumpul diperiksa dengan mikroskop.
Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka dilakukan pemeriksaan standar berupa kolposkopi. Kolposkopi merupakan pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang abnormal. Dengan kolposkopi akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaaan servik, kemudian dilakukan biopsy pada lesi-lesi tersebut.
IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) tes merupakan alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan praktek dan lain-lain. Prosedur pemeriksaannya sangat sederhana, permukaan serviks/leher rahim diolesi dengan asam asetat, akan tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks yang tidak normal. Penanganan kanker serviks dilakukan sesuai stadium penyakit dan gambaran histopatologimnya. Sensitifitas pap smear yang dilakukan setiap tahun mencapai 90%.
Gambar teknik Pap Smear:

Keterangan :
1. Vagina dibuka dengan spekulum agar mulut rahim kelihatan;
2. Dilakukan usapan pada mulut rahim dengan spatel;
3. Spatel dioleskan ke obyek glas, kemudian diperiksa dengan mikroskop;
4. Metode berbasis cairan : usapan pada mulut rahim dilakukan dengan citobrush (sikat) > sikat dimasukkan ke dalam cairan fiksasi,dibawa ke laboratorium > diperiksa dengan miroskop.
Disarankan bahwa wanita mendapatkan Pap smear pertama mereka ketika mereka mulai aktif secara seksual atau setelah umur 18 dan ulangi pada setahun sekali. Jika hasil normal selama 3 tahun berturut-turut, maka tes dapat berjarak dan melakukannya setiap tahun 2 atau 3 jika anda tidak mengubah kebiasaan hidup. Jika semua wanita memiliki Pap teratur, bisa dihilangkan kematian akibat kanker ini. Namun, hampir 40 persen wanita di negara maju diuji secara teratur.
Jika Anda menemukan benjolan, ulkus atau pelatihan mencurigakan lain pada leher rahim selama pemeriksaan panggul, atau jika hasil Pap menunjukkan anomali atau kanker, harus melakukan biopsi (menghapus sampel jaringan untuk diperiksa di bawah mikroskop .) Sampel jaringan diambil selama kolposkopi, yang menggunakan tabung melihat dengan lensa pembesar (colposcope) untuk memeriksa leher rahim dengan hati-hati dan memilih tempat biopsi. Ada dua jenis biopsi: biopsi punch, yang menghilangkan sebagian kecil dari leher rahim yang dipilih secara visual dengan colposcope, dan kuretase endoserviks, di mana jaringan adalah besot dari saluran leher rahim secara visual tidak dapat diakses. Kedua prosedur yang sedikit menyakitkan dan menyebabkan perdarahan sedikit, tetapi bersama-sama biasanya menyediakan jaringan cukup bagi ahli patologi untuk menetapkan diagnosis. Jika tidak jelas, itu membuat kerucut, yang menghilangkan sebagian besar jaringan. Biasanya, biopsi ini dilakukan dengan eksisi loop electrosurgical di dokter kantor sendiri seseorang.
Setelah diagnosis ditegakkan, maka harus menentukan ukuran dan lokasi yang tepat dari kanker (yaitu, pementasan dilakukan.) Proses ini dimulai dengan pemeriksaan fisik dari panggul dan berbagai tes (cystoscopy, radiografi dada, IVP, sigmoidoskopi) untuk menentukan apakah kanker serviks telah menyebar ke struktur sekitar lainnya atau bagian jauh dari tubuh. Hal ini juga dapat melakukan tes lain seperti CT scan, sebuah enema barium dan sinar-X tulang dan hati, tergantung pada karakteristik masing-masing kasus.

PENATALAKSANAAN
Jika terinfeksi HPV, jangan cemas, karena saat ini tersedia berbagai cara pengobatan yang dapat mengendalikan infeksi HPV. Beberapa pengobatan bertujuan mematikan sel-sel yang mengandung virus HPV. Cara lainnya adalah dengan menyingkirkan bagian yang rusak atau terinfeksi dengan pembedahan listrik, pembedahan laser, atau cryosurgery (membuang jaringan abnormal dengan pembekuan).
Jika kanker serviks sudah sampai ke stadium lanjut, maka akan dilakukan terapi kemoterapi. Pada beberapa kasus yang parah mungkin juga dilakukan histerektomi yaitu operasi pengangkatan rahim atau kandungan secara total. Tujuannya untuk membuang sel-sel kanker serviks yang sudah berkembang pada tubuh.
Namun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Karena itu, bagaimana cara mencegah terinfeksi HPV dan kanker serviks? Berikut ini beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah kanker serviks.
Penanganan kanker leher dilakukan sesuai dengan stadiumnya. Pada tahap prekanker yaitu pada tahap CIN penanganan dilakukan dengan destruksi lokal pada mulut rahim. Sedangkan bila sudah pada tahap kanker penanganan yang dilakukan adalah pembedahan berupa pengangkatan rahim, kemoterapi dan radioterapi. Pada tahap kanker walaupun dilakukan penanganan yang semestinya angka kesembuhannya kecil sekali.

PENCEGAHAN
Meski kanker serviks menakutkan, namun kita semua bisa mencegahnya. Anda dapat melakukan banyak tindakan pencegahan sebelum terinfeksi HPV dan akhirnya menderita kanker serviks. Beberapa cara praktis yang dapat Anda lakukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
• Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.
• Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
• Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
• Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
• Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
• Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
• Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
• Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
• Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.

STADIUM
Tingkat 0 :
Kanker hanya ditemukan pada lapisan atas dari sel-sel pada jaringan yang melapisi leher rahim. Tingkat 0 juga disebut carcinoma in situ.


Stadium I:
- Kanker hanya terbatas pada daerah mulut dan leher rahim (serviks). Stadium I ini terbagi dua. Pada stadium I-A baru didapati karsinoma mikro invasif di mulut rahim. Pada stadium I-B, kanker sudah mengenai leher rahim.
- Tingkat keberhasilan pengobatan pada stadium I diperkirakan 70-95 persen.
- Angka harapan hidup 95 persen.
Stadium II:
- Kanker sudah mencapai badan rahim (korpus) dan sepertiga vagina. Pada stadium II-A, kanker belum mengenai jaringan-jaringan di seputar rahim (parametrium). Stadium II-B mengenai parametrium.
- Tingkat keberhasilan pengobatan pada stadium II diperkirakan 60 persen.
- Angka harapan hidup 60 persen.
Kanker meluas melewati leher rahim kedalam jaringan-jaringan berdekatan. Ia meluas ke bagian atas dari vagina. Kanker tidak menyerang ke bagian ketiga yang lebih rendah dari vagina atau dinding pelvic (lapisan dari bagian tubuh antara pinggul).
Stadium III:
- Pada stadium III-A, kanker sudah mencapai dinding panggul. Stadium III-B kanker mencapai ginjal.
- Tingkat keberhasilan pengobatan pada stadium III diperkirakan 30 persen. - Angka harapan hidup 35-40 persen.
Kanker meluas ke bagian bawah dari vagina. Ia juga mungkin telah menyebar ke dinding pelvic dan simpul-simpul getah bening yang berdekatan.


Stadium IV:
- Pada stadium IV-A, kanker menyebar ke organ-organ terdekat seperti anus, kandung kemih, ginjal, dan lain-lain. Pada stadium IV-B, kanker sudah menyebar ke organ-organ jauh seperti hati, paru-paru, hingga otak.
- Tingkat keberhasilan pengobatan pada stadium IV diperkirakan nol persen.
- Angka harapan hidup 5-10 persen.
Kanker telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian-bagian lain tubuh.
Terjadinya kembali kanker: Kanker telah dirawat, namun telah kembali setelah suatu periode waktu yang selama waktu ini tidak dapat terdeteksi. Kanker mungkin timbul kembali pada leher rahim atau pada bagian-bagian lain tubuh.

2. Hubungan keputihan dengan pemakaian IUD spiral


Keputihan (fluor albus) adalah keluarnya cairan kental dari vagina yang bisa terasa gatal, panas, perih, berbau. Kondisi ini dapat terjadi karena keseimbangan flora normal vagina, pemakaian tampon vagina, celana dalam yang terlalu ketat, pemakaian antibiotik yang terlalu lama serta pemakaian alat kontrasepsi (Manuaba, 2001). Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara dapat pula bersifat permanen. Kontrasepsi dapat dilakukan tanpa menggunakan alat secara mekanis, menggunakan obat/alat atau dengan operasi (Mansjoer, 2001).
Alat kontrasepsi terdiri dari berbagai jenis yaitu kontrasepsi alamiah contohnya pantang berkala, metode lendir serviks, metode suhu tubuh basal. Kontrasepsi barier contohnya kondom, diafragma, obat-obat spermatisid. Kontrasepsi hormonal contohnya pil, suntik. Kontrasepsi dalam rahim (IUD) dan kontrasepsi mantap (Mansjoer, 2001). Penggunaan alat kontrasepsi sangat bermanfaat untuk mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan dan menghentikan kehamilan. Kontrasepsi yang cocok untuk mencegah kehamilan adalah pil KB disusul dengan IUD kemudian cara sederhana. Untuk menjarangkan kehamilan dengan IUD, pil/suntikan, cara sederhana, implant dan kontap sedangkan untuk mengakhiri kehamilan dengan menggunakan kontap, susuk KB, IUD, suntikan, pil dan cara sederhana (Badan Koordinasi Keluarga Berencana, 1999). Selain bermanfaat alat kontrasepsi mempunyai beberapa kerugian seperti peningkatan tekanan darah,
Universitas Sumatera Utara
peningkatan berat badan, perdarahan dan keputihan. Salah satu masalah yang paling sering terjadi adalah terjadinya keputihan pada penggunaan alat kontrasepsi contohnya alat kontrasepsi dalam rahim (IUD). IUD ( Intra Uterin Device ) dipilih oleh beberapa wanita yang ingin menghindari kehamilan karena IUD ( Intra Uterin Device ) mempunyai keunggulan dibanding pil yang tidak harus mengingat minum pil setiap hari, dapat bersenggama dengan aman tanpa cemas sewaktu-waktu (Derek, 2005).
Pemakaian kawat tembaga atau kawat perak-tembaga pada IUD menyebabkan meningkatkan daya kontrasepsi sehingga mobilitas sperma menjadi terhalang akibatnya pembuahan tidak terjadi, perubahan pada selaput lendir rahim menyebabkan kerusakan sperma yang masuk sehingga tidak mampu membuahi sel telur. Pemasangan IUD sebaiknya dipasang sewaktu haid atau pada hari-hari haid terakhir, Sesudah melahirkan, pasca abortus (Mansjoer, 2001).
Keluhan dan gejala yang dirasakan akseptor IUD ( Intra Uterin Device ) akibat keputihan adalah terasa adanya cairan putih diliang senggama disertai perubahan bau dan warna. Keputihan yang berbau amis dan gatal terjadi akibat trichomonas vaginalis sedangkan cairan keputihan dengan bentuk seperti susu pecah, disebabkan oleh jamur candida. Apabila keputihan disebabkan oleh pemasangan IUD dapat diberikan pengobatan preparat anti cholinergic tablet untuk mengurangi cairan tersebut. Bila terdapat perubahan bau, warna akibat IUD maka pengobatan yang dilakukan dapat memberikan preparat mycostatin selama 6 hari (Badan Koordinasi Keluarga Berencana, 1999).
Keputihan yang berlebihan mungkin disebabkan oleh reaksi organ genetalia terhadap benda asing yang biasanya terjadi dalam beberapa bulan pertama setelah insersi.

3. Hubungan keputihan dengan Ca serviks

Dikenal dua jenis keputihan, yaitu keputihan fisiologis dan keputihan patologis. Keputihan fisiologis biasanya tidak gatal, tidak bau dan datangnya pada masa subur wanita. Biasanya juga datang menjelang seorang wanita dewasa terkena haid. Sedangkan keputihan patologis adalah keputihan yang sudah gatal, bau dan berubah warna, Itu harus segera diobati.

Salah satu jenis keputihan patologis adalah keputihan yang disebabkan karena penyakit kanker mulut rahim, serta keputihan akibat stress, benda asing (spiral/IUD), letih, dsb.
Keputihan akibat kanker rahim salah satu penyebabnya adalah sering berganti-ganti pasangan. “Dari berganti-ganti pasangan itulah, maka sang suami menularkan kepada istrinya. Karena para istri malu memeriksakan dirinya ke dokter, maka mereka biasanya baru memeriksa setelah menderita keputihan dan hubungan seks berdarah. Padahal itu sudah masuk kanker stadium dua atau tiga,” kata Boyke. Padahal dengan deteksi dini melalui pemeriksaan pap net (deteksi kanker), pasien dapat dideteksi ada-tidaknya penyakit kanker. Bahkan jika masih pada stadium dini, penyakit tersebut dapat disembuhkan 100 persen.
Keputihan yang seringkali dianggap sepi itu bisa menyababkan kemandulan. Jika keputihan tersebut tidak diobati, maka dapat terjadi infeksi indung telur maka wanita tersebut menjadi mandul. “Banyak wanita yang menganggap enteng keputihan. Iya kalau fisiologis, tapi kalau patologis harus segera diobati. Lama-lama akhirnya susah punya anak,” jelasnya.
Kecenderungan wanita Indonesia malu untuk memeriksakan diri ke dokter. Mereka mengambil jalan pintas dengan menggunakan berbagai bahan pembilas yang ada dipasaran. Padahal penggunaan bahan pembilas ini tidak boleh berlebihan, karena akan membunuh seluruh bakteri bahkan bakteri yang dibutuhkan sekalipun untuk menjaga keasaman yang biasanya mencegah masuknya bakteri berbahaya.

4. Penyebab perdarahan setelah coitus

Contact bleeding ini terjadi karena jaringan pada serviks mengalami kerapuhan sehingga apabila terpapar suatu benda akan mudah berdarah. Selain itu penyebabnya :
1.displasia serviks: displasia serviks adalah perubahan prakanker pada sel epitel yang melapisi leher rahim.Risiko meningkat dengan mitra seksual, seks sebelum usia 18, melahirkan sebelum usia 16, atau sejarah masa lalu dari PMS. Pengobatan biasanya cryosurgery atau conisation.
2.Chlamydia: Sebuah infeksi bakteri yang biasanya ditularkan melalui aktivitas seksual atau kontak dengan air mani, cairan vagina, atau darah.
3.Gonore: Sebuah biasanya penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri. Beberapa perlakuan farmasi tersedia.
4.Vaginitis atau cervicitis: Peradangan atau pembengkakan dan infeksi pada vagina atau leher rahim. Pengobatan tergantung pada penyebabnya.
5.polip serviks: polip serviks halus, merah atau ungu, pertumbuhan jari-seperti yang tumbuh dari lapisan lendir dari leher rahim atau leher rahim. polip serviks sangat rapuh, memperluas keluar dari leher rahim, dan mudah dan tanpa rasa sakit dihapus.
6.Trichomoniasis: Penyakit biasanya menular seksual yang disebabkan oleh protozoa.Bisa juga diberikan kepada bayi yang baru lahir selama kelahiran vagina oleh ibu yang terinfeksi.Meskipun jarang, transmisi ini juga memungkinkan dalam air keran, kolam air panas, air seni, di kursi toilet, dan di kolam renang.Dapat menyebabkan vaginitis.
7.infeksi jamur vagina: Suatu pertumbuhan berlebih dari jamur normal yang mendiami daerah vagina.Gejala umum termasuk gatal, terbakar, dan tidak berbau, tidak putih, discharge seperti keju.
8.Endometritis atau adenomiosis: Endometritis didefinisikan oleh Dorland's Medical Dictionary, Edisi 27 sebagai peradangan endometrium (lapisan terdalam dari rahim).Kedua kondisi yang berhubungan dengan endometriosis.Adenomysis adalah ketika jaringan endometrium menempel pada rahim, atau organ lain seperti indung telur, dan tumbuh di luar rahim.
9.polip rahim: polip rahim terjadi ketika endometrium overgrows menyebabkan tonjolan ini ke dalam rahim.Hal ini sangat jarang pertumbuhan ini untuk tumbuh dengan cara yang baik jinak atau ganas.Wanita dengan polip uterus sering mengalami perdarahan antara periode (metrorrhagia), gejala lainnya termasuk perdarahan vagina setelah berhubungan seks, spotting, menorrhagia, perdarahan setelah menopause, dan pendarahan terobosan selama terapi hormon.kuret histeroskopi-dipandu adalah pengobatan disukai, karena D & C normal pada dasarnya merupakan prosedur terarah yang mungkin kehilangan banyak polip rahim.
10.Fibroid Tumor: tumor rahim biasanya fibroid adalah tumor jinak.Mereka adalah massa padat yang terbuat dari jaringan berserat.Fibroid tumor jarang ganas.Gejala tumor fibroid bervariasi di kalangan perempuan, dengan beberapa perempuan tidak pernah mengalami gejala sama sekali.Wanita yang bisa menunggu sampai menopause akan melihat fibroid mereka menyusut dan hilang setelah tubuh mereka berhenti memproduksi estrogen.Sangat penting bahwa wanita dengan fibroid pastikan mereka tidak pernah mengambil estrogen, dalam bentuk apapun termasuk pil KB, karena estrogen meningkatkan pertumbuhan fibroid.Beberapa perawatan saat ini tersedia untuk tumor fibroid rahim dari miomektomi dan embolisasi arteri rahim ke histerektomi tradisional.


KESIMPULAN

Kanker leher rahim adalah tumor ganas/karsinoma yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks, di mana penyebab utamanya adalah HPV. Gejalanya berupa keputihan atau keluar cairan encer dan berbau dari vagina, contact bleeding (perdarahan setelah coitus), nyeri panggul dan lainnya. Hal ini membutuhkan diagnosis yang tepat, agar penatalaksanaannya sesuai dan benar. Deteksi dini dilakukan dengan Pap Smear. Pengobatannya berdasarkan dengan stadium dari Ca serviks. Pencegahan perlu juga di lakukan agar tidak terjadi komplikasi yang lebih berat.


DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwana Prawira Husada.
http:// Jangan Sepelekan Keputihan Dr. Boyke Dian Nugraha, SpOG _ Nasehat Dokter.html
http:// akseptor-iud-dengan-keputihan.html
http:// kanker-serviks-penyebab-tanda-tanda-cara-mencegah-dan-mengobati-kanker-serviks.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar