Jumat, 21 Januari 2011

Cerpenku again...

BeToR

Hahhhh……. gx terasa, aku telah merasakan gimana rasanya kuliah. Ternyata memang benar bilang saudara gue,kalau kuliah itu sangat sibuk dan banyak sekali tugas. Dan sekarang akupun merasakan hal itu. Rasanya tidak ada hari lagi untuk merasakan istirahat, hari Minggu pun disibukkan dengan mencari  bahan-bahan  tugas. Tapi yang aku herankan, aku merasa enjoy aja menjalaninya, ceilee….enjoy….hehehe….ya memang  gitu kenyataannya.
Hari-hari aku jalani dengan santai, walaupun seabrek tugas selalu menanti dengan tersenyum lebar dan seraya berkata I AM COMING. Hari-hari aku kebanyakan di kampus, karena aku kuliah dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore, pokoknya full deh mata kuliahnya, maklum  anak-anak kedokteran memang dituntut untuk belajar sepanjang hayat,, cie,,,gayanya belajar sepanjang hayat,,yah memang itu sudah menjadi sebuah tuntutan kami seorang calon-calon dokter yang harus banyak-banyak belajar, karena ini menyangkut masalah nyawa seseorang…..hahhh narsis dikit gak apa kan,,hehe….
Ini tahun pertama aku kuliah, aku perlu banyak beradaptasi dengan kondisi baruku, maklum aja mulai saat ini aku harus “ mandiri” bukan mandi sendiri lo, maksudnya sekarang aku jauh dari orang tua, jadi semuanya harus diurus sendiri. Baru pertama kali juga aku merasakan menjadi anak kos, ternyata ada enaknya dan gaknya. Tapi untunglah gue satu kos dengan teman-teman satu fakultas kedokteran juga dari Universitas yang sama juga. Jadi tugas yang segunung itu selalu kita kerjakan sama-sama, jadi kita gak merasakan terbebani, mungkin it u yang aku bilang meskipun tugas seabrek tapi aku tetap enjoy. Pokoknya kalau kita lagi kumpul buat tugas di ruang tengah yang kami jadikan tempat belajar bareng, selalu heboh dan ramai dengan ledekan-ledekan yang terkadang membuat yang diledek sedikit  hatinya jengkel. Dulunya ruang itu digunakan yang punya kos untuk nonton TV, untungnya Ibu yang punya kos baik hati, jadi ruang itu udah menjadi hak paten kami untuk berkumpul buat tugas.
Sore itu, usai kuliah seperti biasa aku, Lia dan Tya menunggu angkot tujuan ke Siteba t tempat kos kami, tapi anehnya hari ini angkot yang biasa kami naiki tidak kunjung dating, padahal hari sudah menjelang maghrib. Kami jadi bingung mau naik apa lagi untuk pulang. Eh ternyata di ujung jalan banyak ada pangkalan ojek, tapi anehnya motornya itu tersambung dengan suatu tempat duduk seperti becak. Salah satu bapak memanggil kami “Mau ke mano Nak? Hari lah petang, belum ndak pulang lai?angkot ke Siteba indak ado lagi do, marolah naik betor ko, indak mahal ongkosnyo, tujuh ribu jadilah, ndak dak Nak?” Ujar bapak tadi panjang lebar yang intinya menawarkan jasa transportasinya.
Kami bingung, karena untuk pertama kalinya kami melihat jasa transportasi berupa motor yang dihubungkan dengan tempat duduk seperti becak, dan namanya aneh sekali “Betor” mungkin itu singkatan dari becak motor. Tapi mengingat hari sudah menjelang Maghrib, akhirnya kami memutuskan untuk naik itu.
“ Ba’a caronyo Pak kami bertigo, apo cukup duduk bertigo?” Tanya aku pada Bapak itu, eh jangan tertawa ya liat logat aku bicara bahasa Padang, maklum baru belajar bahasa padang, kalau ada kesalahn harap dimaklumi,,hehehe…
“ Indak apo Nak, cukup tuh...naik ajo lah.” Jawab Bapak tadi.
Lia yang memang suka nyeletuk, langsung berkata dengan sok logat Padang juga seperti aku “ Indak bisa enam ribu Pak ongkosnyo? Mahal bana tujuh ribu Pak, kuranglah seketek, enam ribu lah Pak.”
“ Indak bisa nyo Nak, dari siko ke Siteba memang sudah tarinyo tujuh ribu, ba’a caranyo Bapak bayar pajak ke pangkalan.” Jawab sang Bapak.
“ Hahhhhh pakai pajak pulo yo Pak? Kayak bea cukai ajo pakai pajak-pajak,,,baru tau ambo, lucu jugo dak,hehehe…” Celetuk Lia lagi.
“ Iyo lah Nak, jadi apo idak naik betor?” Tanya Bapak itu sedikit kesal tampangnya gara-gara Lia banyak protes.
“ Iya lah Pak, kami jadi kok naik betor ini, buruan naik…gak ada protes-protes lagi, tau gak udah mau Maghrib nih, kalian mau nunggu angkot sampai malam?” Ujar Tya menengahi pembicaraan kami, temanku yang satu ini memang gak bisa sama sekali bahasa Padang, sudah berapa kali saya dan Lia mengajari dia, tapi hasilnya nihil terus.
Akhirnya kami pulang naik betor, untuk pertama kalinya aku merasakan naik betor, rasanya sangat asyik, walaupun kami sempit-sempitan bertiga, rasanya seru aja. Yang lebih lucunya lagi, tudung betor itu bisa dibuka, jadi karena merasa sangat kesempitan, lagi-lagi Lia mnyeletuk “ Bisa ndak Pak tudung ini dibuka? Sempit bana Pak, mano gerah pulo….”
“ Bisa Nak….tunggu sabanta, Bapak pinggirkan dulu motor.” Jawab Bapak itu dengan sabar dan kayaknya Bapak itu sudah paham dengan watak Lia yang serba protes kalau tidak sesuai dengan keinginannyakan.
Akhirnya bapak itu meminggirkan betornya dan langsung membuka tudung itu. “ Ba’a rasonyo? Idak gerah lagi?” Tanya Bapak itu seraya menyindir Lia yang banyak protes.
“ Nah ini baru enak Pak,,,coba dari kampus tadi nih tudung dibuka, kan kita gak kegerahan kayak gini Pak.” Celetuk Lia lagi. Aku dan Tya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Lia
Bapak itu hanya tersenyum dan melanjutkan lagi perjalanan. Di dalam perjalanan bapak tadi bertanya “ Siapo namonyo yang sering protes ko?”
“ Namonyo Lia Ayunda Prasetyowaty Pak, asal Batam, punya hobby suko protes,Bapak harap maklum ajo Pak, Lia ko memang cerewet orangnya.” Jawab gue spontan.
“ Hahhh namo secantik itu, ngapo orangnyo cerewet?” Sindir Bapak itu dengn tesenyum lebar.
Kami hanya tersenyum dan yang sangat lucunya muka Lia langsung memerah setelah Bapak tadi berkata demikian, mungkin dia merasa tersindir. Selama perjalanan pulang, tak ada satu kata pun lagi yang keluar dari mulut Lia, mungkin dia merasa malu sekali atas sindiran Bapak tadi.
Hahhh suasana sore itu sangat indah, langit sore yang kejingga-jinggaan dan hamparan sawah yang hijau memburat kejinggan karena terkena sinar matahari. Ingin rasanya tertawa karena baru pertama kali ini aku merasakan naik betor dengan sempit-sempitan, kaki sebelah sedikit terangkat, karena pantat kami tak muat untuk 1 betor yang terisi 3 orang makhluk yang badannya bisa dikatakan lumayan “montok”,hehehe….
Sesekali betor yang kami tumpangi meloncat-meloncat karena melintasi polisi tidur yang ada di jalan, terkadang kepala ku terjendut bagian samping atas dari Betor yang ada besi, lumayan buat kepala benjol  5 cm hehehe….gak lah….tapi aku nikmati saja karena perasaan senangku menaiki betor yang pertama kali aku naiki lebih besar disbanding benjol yang mangkir di kepalaku,,hehehe….
Hal yang paling buat aku tak bisa menahan tawa, ketika  kepala Lia terjedot  besi  Betor, awalnya dia tenang tanpa reaksi , tapi untuk yang ke lima kali kepalanya terjedot, dia baru mengeluarkan jurus-jurus protesnya, “Ba’a ko Pak, sakit kepalo den terantuk terus!!! Jangan kencang bana bawa betor ko Pak, mano jalan ko lah buruk, tambah pulo kek betor yang …..
Perkataannya terpotong oleh Tya, “ Yang unik maksudnya Pak” Ujar Tya yang sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh Lia, dia gak mau kalau supir betor itu mendengar protes Lia yang lebih panjang lagi dan menyinggung betor yang aslinya memang sedikit usang sehingga mudah terloncat apabila melintasi polisi tidur.
“Kamu enak di tengah gak ngerasain….” Protes Lia pada Tya. Tya hanya tersenyum kea rah aku, seakan dia paham kalau kita berdua sudah paham karakter si miss protes itu.
“ Haahh, sabanta ngecek bahaso Padang, sabanta ngecek bahaso Indonesia,,,,” Sindir bapak itu.
“ Maklum Pak, dia baru bisa bahaso Padang…” Ujar aku menengahi “ perdebatan” antara miss protes dan Pak Betor.
Akhirnya kami juga di kos-an, “ Lah sampai Nak,,,” Ujar bapak tersebut. Kami pun turun dan langsung membayar, “Besok-besok naik betor bapak lagi yo Nak” Ujar bapak itu seraya mengambil uang dari Lia.
“ Kapok aden naik betor Bapak ko….sakit kepala den terantuk….indak rancak betor Bapak ko” Protes Lia langsung memasuki pagar menuju ke kos-an. Kami hanya tertawa melihat tingkah temanku yang satu itu.
“ Kapan-kapan kami akan naik betor Bapak lagi ya, terima kasih ya Pak.” Ujar Tya sambil masih tertawa melihat tingkah Lia.
“ Rancak nian tuh Nak….kelak Bapa kasih diskon tarif betor.” Ujar Bapak seraya membelokkan betornya.
Aku dan Tya hanya tersenyum dan langsung memasuki  rumah.                                                                                By: Z@



Tidak ada komentar:

Posting Komentar