blog_ku

Annyeong haseyo
terima kasih udah berkenan mengunjungi blog saya
semoga bermanfaat dan menghibur :)

Selasa, 23 April 2013

Ibu,, Ayah,, salahkah aku mencintainya?



Ibu, salahkah aku mencintainya? salahkah aku menyayanginya? salahkah aku memilikinya?
Engkau adalah ibunya dan juga ibuku yang selalu menjadi arahan hidup. Keputusanmu adalah jalan yang terbaik menurutmu, dan dirinya harus mengikuti perintahmu. Aku sadar betul, kalau ridho orang tua adalah ridho Allah. Dan untuk itu aku harus mengalah dan kehilangan dirinya demi kebahagiaanmu Bu. Ibu bahagia, aku pun ikut bahagia. Tapi, Bu,, bisa kah sedikit kau dengar kesedihanku telah kehilangan dirinya, telah banyak suka dan duka kami lalui bersama, kami saling menyayangi dan mencintai, aku adalah dia dan dia adalah aku. Tapi kebahagiaan cinta kami terampas dengan keputusan itu.  Aku tahu, engkau adalah ibunya, engkau adalah pelita hidupnya, engkau penyejuk hidupnya dan engkau adalah segalanya bagi dirinya. Dia sangat menyayangimu dan tidak mau terjadi apa pun pada dirimu. Dia benar-benar anak yang baik dan berbakti. Dia rela meninggalkan diriku demi kebahagiaan Ibu dan keluarga, dia tidak mau melihat Ibu menangis, waalupun dia harus menerima pahitnya meninggalkan diriku. Aku tahu dirinya masih mencintaiku, hatinya masih untukku, dan tetap untukku.

Ayah,, salahkah aku menggenggam tangannya? salahkah aku menyemangati hidupnya? salahkah aku berjalan bersamanya dalam mencapai cita-cita?
Ayah, engkau adalah sosok yang selalu dibanggakannya padaku, dia sangat menyayangimu dan sangat hormat padamu. Dia pernah berkata padaku tidak akan menyakiti Ayah, karena Ayah adalah lentera hidupnya yang selalu menerangi jalannya. Ayah, aku tahu keputusanmu adalah untuk kebaikan putramu, agar dia menjadi sosok yang membanggakan keluarga. Dia selalu cerita tentangmu dan terkadang aku merasakan sosokmu seperti sosok Papa ku. Engkau bekerja keras demi kehidupan keluarga yang lebih layak, dan tidak heran kalau keputusan ini demi kehidupan yang lebih baik untuk putramu. Aku sadar betul, mungkin keputusan yang terbaik bagi Ayah, Ibu dan keluarga. Tapi, sekali lagi, aku bertanya salahkah aku mencintainya?

Untuk sosok Ibu dan Ayah yang tidak pernah kulihat wajahnya, tidak pernah ku sapa langsung dengan sebutan Ibu-Ayah, dan tidak pernah kujumpai sosoknya langsung, aku hanya meminta jawaban dari pertanyaanku, " salahkah aku mencintainya? salahkah kami bersama? "

Kami punya cita-cita bersama dan saling mnyemangati dalam mencapai cita dan asa. Kami saling mendukung, saling berpegangan tangan dalam menghadapi kerikil-kerikil dalam mencapai cita dan asa kami. Kami saling mendo'akan demi kebahagiaan kami dan keluarga. Kami pernah berjanji akan membahagiakan dan membanggakan keluarga dengan pencapaian kami nantinya. Kami disini berjalan bersama untuk saling melengkapi, untuk saling support, saling mendukung dan membantu. Karena perjalanan kami ini sangat panjang nantinya dan pastinya banyak rintangan dan hambatan. Dengan kami bersama, kami bisa saling berpegangan tangan dan tidak goyah. Agar kami kuat dan tegar mencapai cita dan asa kami. Aku adalah dia dan dia adalah aku.

Tapi, kini itu semua hilang dan pergi karena keputusan itu. Aku harus kehilangan jiwaku, entah bagaimana aku melanjutkan perjalanan ini tanpa dirinya.

Rasa sayang dan cinta ini tetap aku simpan untuknya, berharap dia kembali untukku di kemudian hari. Aku akan setia menunggu, karena aku tahu hati dan jiwanya hanya untukku. Dia pernah bilang padaku kalau aku adalah cita-cita nya. Dia berkata padaku kalau dia akan kembali setelah dia menunaikan kewajibanya pada Ibu dan Ayah. Dia akan ada lagi untukku setelah itu. Kata-kata itulah yang menguatkanku akan perpisahan ini, kata-kata itu yang membuatku kuat menjalani ini semua dan bertekat untuk mencapai cita dan asa ku meski tanpa dirinya di sampingku, tanpa kami berjalan bersama dalam menggapai cita-cita kami. Sekarang aku akan berusaha lebih baik lagi untuk mencapai cita-citaku dan harus kuat dalam menjalaninya meski tanpa dirinya. Aku percaya akan dirinya dan hatinya, dia juga pasti kuat dan tegar menerima keputusan ini demi masa depan dan cita-cita. Aku percaya bahwa dirinya akan berjuang sebaik mungkin untuk membahagiakan dan membanggakan Ibu, Ayah, Abang dan Adek-adek. Aku percaya dia akan berhasil kemudian hari, dan aku pun tidak mau kalah dengan dirinya, aku akan berjuang juga demi membahagiakan dan membanggakan orang tua ku, agar nantinya kami berdua direstui dan bisa kembali bersama lagi. Aku akan bersabar dan mengalah demi kebahagiaan kemudian harinya.

Ibu, Ayah, salahkah aku mencintainya? salahkah aku menyayanginya? salahkan aku memilikinya?






Tidak ada komentar:

Posting Komentar