Selasa, 23 April 2013

Ibu,, Ayah,, salahkah aku mencintainya?



Ibu, salahkah aku mencintainya? salahkah aku menyayanginya? salahkah aku memilikinya?
Engkau adalah ibunya dan juga ibuku yang selalu menjadi arahan hidup. Keputusanmu adalah jalan yang terbaik menurutmu, dan dirinya harus mengikuti perintahmu. Aku sadar betul, kalau ridho orang tua adalah ridho Allah. Dan untuk itu aku harus mengalah dan kehilangan dirinya demi kebahagiaanmu Bu. Ibu bahagia, aku pun ikut bahagia. Tapi, Bu,, bisa kah sedikit kau dengar kesedihanku telah kehilangan dirinya, telah banyak suka dan duka kami lalui bersama, kami saling menyayangi dan mencintai, aku adalah dia dan dia adalah aku. Tapi kebahagiaan cinta kami terampas dengan keputusan itu.  Aku tahu, engkau adalah ibunya, engkau adalah pelita hidupnya, engkau penyejuk hidupnya dan engkau adalah segalanya bagi dirinya. Dia sangat menyayangimu dan tidak mau terjadi apa pun pada dirimu. Dia benar-benar anak yang baik dan berbakti. Dia rela meninggalkan diriku demi kebahagiaan Ibu dan keluarga, dia tidak mau melihat Ibu menangis, waalupun dia harus menerima pahitnya meninggalkan diriku. Aku tahu dirinya masih mencintaiku, hatinya masih untukku, dan tetap untukku.

Ayah,, salahkah aku menggenggam tangannya? salahkah aku menyemangati hidupnya? salahkah aku berjalan bersamanya dalam mencapai cita-cita?
Ayah, engkau adalah sosok yang selalu dibanggakannya padaku, dia sangat menyayangimu dan sangat hormat padamu. Dia pernah berkata padaku tidak akan menyakiti Ayah, karena Ayah adalah lentera hidupnya yang selalu menerangi jalannya. Ayah, aku tahu keputusanmu adalah untuk kebaikan putramu, agar dia menjadi sosok yang membanggakan keluarga. Dia selalu cerita tentangmu dan terkadang aku merasakan sosokmu seperti sosok Papa ku. Engkau bekerja keras demi kehidupan keluarga yang lebih layak, dan tidak heran kalau keputusan ini demi kehidupan yang lebih baik untuk putramu. Aku sadar betul, mungkin keputusan yang terbaik bagi Ayah, Ibu dan keluarga. Tapi, sekali lagi, aku bertanya salahkah aku mencintainya?

Untuk sosok Ibu dan Ayah yang tidak pernah kulihat wajahnya, tidak pernah ku sapa langsung dengan sebutan Ibu-Ayah, dan tidak pernah kujumpai sosoknya langsung, aku hanya meminta jawaban dari pertanyaanku, " salahkah aku mencintainya? salahkah kami bersama? "

Kami punya cita-cita bersama dan saling mnyemangati dalam mencapai cita dan asa. Kami saling mendukung, saling berpegangan tangan dalam menghadapi kerikil-kerikil dalam mencapai cita dan asa kami. Kami saling mendo'akan demi kebahagiaan kami dan keluarga. Kami pernah berjanji akan membahagiakan dan membanggakan keluarga dengan pencapaian kami nantinya. Kami disini berjalan bersama untuk saling melengkapi, untuk saling support, saling mendukung dan membantu. Karena perjalanan kami ini sangat panjang nantinya dan pastinya banyak rintangan dan hambatan. Dengan kami bersama, kami bisa saling berpegangan tangan dan tidak goyah. Agar kami kuat dan tegar mencapai cita dan asa kami. Aku adalah dia dan dia adalah aku.

Tapi, kini itu semua hilang dan pergi karena keputusan itu. Aku harus kehilangan jiwaku, entah bagaimana aku melanjutkan perjalanan ini tanpa dirinya.

Rasa sayang dan cinta ini tetap aku simpan untuknya, berharap dia kembali untukku di kemudian hari. Aku akan setia menunggu, karena aku tahu hati dan jiwanya hanya untukku. Dia pernah bilang padaku kalau aku adalah cita-cita nya. Dia berkata padaku kalau dia akan kembali setelah dia menunaikan kewajibanya pada Ibu dan Ayah. Dia akan ada lagi untukku setelah itu. Kata-kata itulah yang menguatkanku akan perpisahan ini, kata-kata itu yang membuatku kuat menjalani ini semua dan bertekat untuk mencapai cita dan asa ku meski tanpa dirinya di sampingku, tanpa kami berjalan bersama dalam menggapai cita-cita kami. Sekarang aku akan berusaha lebih baik lagi untuk mencapai cita-citaku dan harus kuat dalam menjalaninya meski tanpa dirinya. Aku percaya akan dirinya dan hatinya, dia juga pasti kuat dan tegar menerima keputusan ini demi masa depan dan cita-cita. Aku percaya bahwa dirinya akan berjuang sebaik mungkin untuk membahagiakan dan membanggakan Ibu, Ayah, Abang dan Adek-adek. Aku percaya dia akan berhasil kemudian hari, dan aku pun tidak mau kalah dengan dirinya, aku akan berjuang juga demi membahagiakan dan membanggakan orang tua ku, agar nantinya kami berdua direstui dan bisa kembali bersama lagi. Aku akan bersabar dan mengalah demi kebahagiaan kemudian harinya.

Ibu, Ayah, salahkah aku mencintainya? salahkah aku menyayanginya? salahkan aku memilikinya?






Sabtu, 20 April 2013

" Tia adalah cita-cita Adil "

Berpisah karena sesuatu hal tidak bisa ditolak sama sekali memang sangat menyedihkan. Harus merelakan orang yang kita sayang pergi dari kehidupan, harus rela kehilangan. Megapa harus prinsip itu yang memisahkan kami Tuhan? Mencoba untuk menerima dengan ikhlas, tapi sangat sulit. Sulit bagiku untuk menghilangkannya dari benakku. Harus terpisah secara tiba-tiba dan dia pun pergi meninggalkanku sendiri di sini. Aku takut sendiri, aku ingin kamu di sampingku untuk menyemangati. Kita pernah berjanji untuk selalu bersama saling mendukung cita-cita kita, tapi kamu tega meninggalkanku sendiri dan memilih prinsip mereka.

Aku sadar, memang keluarga nomor satu, keluarga adalah segalanya. Jika aku dalam posisimu, mungkin aku berpikir sepertimu. Tapi, cobalah kau sedikit mengerti perasaanku, sekian lama kita bersama, banyak kenangan suka dan sedih kita lalui bersama. Bukan waktu yang singkat kita lalui bersama. Apakah kau tak ingat itu semua? adakah sedikit tolerirmu untuk sebentuk hati yang aku punya untukmu?

Aku tahu, kau masih sayang padaku. Aku tahu hatimu masih untukku, aku tahu kau masih ingin bersamaku dan aku tahu kau tak mau kehilanganku. Aku tahu itu..

Tapi, karena prinsip keluargamu, kau harus memilih mereka dan pergi meninggalkanku. Aku sempat protes dan tidak terima, tapi kembali lagi disini aku harus sadar dan ikhlas akan semuanya, mungkin ini pula jalan kita sayang. Aku yang harus iklas dan mengalah, aku tahu hatimu dan perasaanmu bergejolak dengan semuaya ini. Aku tahu seperti apa yang kamu rasakan, memilih diantara 2 pilihan yang berat. Aku tahu kamu sedih sayang, aku tahu kamu merasa sangat bersalah karena meninggalkanku. Tapi untukmu aku rela kehilanganmu, biarlah keluargamu bahagia denganmu. Jika keluargamu bahagia, aku pun bahagia. Jika mereka tersenyum, aku pun ikut tersenyum. Karena keluargamu adalah bagian dari keluargaku juga. Semoga keputusanmu ini adalah jalan yang indah nantinya kita petik. Aku tahu jalan tuhan itu indah. Tenanglah sayang, hatiku selalu untukmu.

Aku tak akan bisa melupakan semua tentangmu, kamu dan kenangan-kenangan bersamamu adalah hal yang manis yang pernah aku punya. Kau lelaki yang baik, lelaki yang berprinsip.

Aku akan menunggumu, simpan rasa sayang dan cinta kita ya sayang. Aku yakin, suatu saat nanti kita akan memetik keindahan dari kesedihan yang kita hadapi sekarang, aku akan setia menunggumu.

Semoga kita bisa menjalani ini semua dengan ikhlas dan harus kuat demi cita-cita kita. Aku akan selalu menyayangimu dan mencintaimu. I still love you.. aku akan menunggumu dengan sabar. Aku yakin kau juga menjaga rasa sayang dan cintamu untukku, aku percaya padamu. Kau pernah berkata padaku " Tia adalah cita-cita Adil" kata-kata itulah yang membuatku percaya akan cintamu dan ketulusanmu untukku.

Dengan sabar aku akan menunggumu, dengan setia aku akan menunggumu. Kau pasti akan kembali untukku sayang. I will always love you dear, miss you dear.

Berjuang demi cita-cita kita ya sayang, kau ingat kan kita pernah janji bersama untuk menjadi dokter spesialis penyakit dalam. Semangat sayang,, Semangat!! 

Sayang Akong..


Kamis, 18 April 2013

17 April 2013


Jika saja masih terus berlanjut, mungkin usia hubungan ini menginjak 6 bulan, bukan waktu yang singkat dan bukan pula waktu yang terlalu lama. Banyak cerita di dalamnya yang tidak akan pernah terlupakan. Suka dan cita sudah kita lalui bersama, kamu adalah aku dan aku adalah kamu.

Tapi, semua itu berakhir begitu saja, menguap dan pergi. Tidak ku sangka kau tinggalkan aku, akhiri semua ini. Kau yang meminta untuk pergi, karena suatu alasan yang membuatku pun tidak berdaya untuk menolaknya. Aku mengerti posisimu sekarang dan aku sadar, aku sedih karena aku terpaksa harus bisa menerimanya. Sedih lalui hari tanpa hadirmu, mencoba untuk melupakan tapi tidak bisa karena kau lah yang terindah mengisi hatiku.

Sekarang aku lalui hariku dengan kesendirian, teringat akan kenangan kita berdua membuatku semakin sedih dan tidak rela kehilanganmu. Kamu yang terindah mengisi hari-hariku, tapi mengapa kamu pergi meninggalkuanku, aku takut sendiri disini. Aku takut tanpamu, aku kehilangan belahan jiwaku. Semuanya kacau dan tidak menentu, tidak tahukah kau bagaimana aku sekarang?

Aku merindukanmu, aku merindukanmu dan aku merindukanmu,,

Menantimu untuk kembali entah kapan dan apakah itu nyata atau tidak, aku pun tidak tahu. Kau janjikan akan kembali jika usai melaksanakan tugasmu dan janjimu kepada Ibumu. Akan ku tunggu dengan sabar dan setia, tidak usah khawatir dengan hatiku, hanya kamu yang selalu bertahta. Sekarang, biarkan serpihan hati ini, menemani air mataku, hingga habis dayaku, untuk selalu mencintaimu.

Untuk Ibu dan Ayah yang tidak pernah ku lihat wajahnya, tidak pernah ku sapa secara langsung dengan sebutan "Ibu" "Ayah", aku meminta maaf jika hadirku dalam hidup anakmu membuat kalian sedih, maafkan aku Bu, maafkan aku Yah, aku berjanji tidak akan membuat kalian sedih. Biarkan aku yang mengalah untuk semuanya, biarkan aku rela kehilangan belahan jiwaku demi bahagianya kalian dan keluarga. Ibu dan Ayah bahagia, aku pun ikut bahagia, meski tidak bisa lagi aku menggenggam tangan anakmu. Biarkan dia berusaha semaksimal mungkin mencapai cita dan asanya tanpa aku yang senantiasa memberinya semangat.

Aku akan selalu merindukanmu, selalu merindukanmu dan setia dengan hati ini. Aku akan selalu mendo'akanmu dan memberimu semangat dalam do'a. Aku akan setia menunggu janjimu, karena kau pernah bilang kepadaku bahwa aku adalah cita-citamu.

Miss you dear, i will always love you (Akong)

Rabu, 17 April 2013

Perbedaan


Sendiri resapi heningnya malam ini
Tanpamu disini hatiku sunyi
Berharap engkau kembali,
Mengisi hari bersama lagi

Segala perbedaan itu
Membuatmu jauh dariku
Biarlah sang waktu, menjaga cintamu
Nyalakanlah api cinta
Membakar ragu yang ada
Ku kan slalu setia
Hingga saat tiba

Perpisahan ini hanya tuk sementara
Sabarlah menanti usah gelisah

rela kehilangan



Tak ku sangka kau tinggalkan aku
Akhiri semua yang telah berlalu
Tanpa ada satu kesempatan
Ku harus rela kehilanganmu 

Begitu perih yang ku rasakan
Lalui hari tanpa hadirmu
Mencoba tuk melupakan
Kaulah yang terdalam menghiasi hidupku

Biarlah kini serpihan hati
Menemani air mataku
Hingga habis dayaku
Untuk selalu mencintaimu