Sabtu, 21 Juli 2012
Meningitis
Meningitis merupakan radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medulla spinalis) yang disebabkan oleh virus, bakteri atau jamur (Smeltzer dan Bare, 2002).
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk dan pinggang. Tengkuk menjadi kaku, yang disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, akan tejadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dengan kepala tertengadah, punggung dalam sikap hiperekstensi, dan kesadran menurun, tanda kernig, brudzinsky positif (Arif Mansjoer,2000).
Di Indonesia, penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Salah satunya adalah infeksi akut selaput otak yang disebabkan oleh bakteri dan menimbukan purulen pada cairan otak, sehingga disebut meningitis purulenta. Banyak penderita menjadi cacat akibat keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. Meningitis purulenta merupakan keadaan gawat darurat. Terapi yang diberikan bertujuan memberantas penyakit infeksi disertai perawatan intensif suportif, untuk membantu pasien melalui masa kritis. Pemberian antibiotik yang capat dan tepat , seta dengan dosis yang sesuai, penting untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah terjadinya cacat.
Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien mempunyai faktor predisposisi, seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sumsum tulang belakang, sepsis, kelainan yang berhubungan dengan penekanan reaksi imunologi, shunting ventrikel, dan pungsi lumbal. Karena meningitis ini disebabkan oleh bakteri dan virus, maka meningitis ini dibagi menjadi meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Meningitis serosa adalah radang selaput otak arachnoid dan piameter yang disertai adanya cairan otak yang jernih. Penyebab tersering adalah Toksoplasma gondii. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri, tidak terjadi pada menigitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh korteks serebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respons jaringan otak terhadap virus bervariasi, tergantung pada jenis sel yang terlibat.
Meningitis purulenta adalah radang bernanah arachnoid dan piameter yang meliputi Neisseria meningitides, Streptococcus haemolyticus, Staphylococcuc aureus, Haemophylus influenza, Eschericia coli, Klebsiella pneumonia, dan Peseudomonas aeruginosa. Tubuh akan berespons terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya pradangan, yaitu dengan adanya neutrofil, monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, febrin dan leukosit dan terbentuk di ruangan subarachnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak, sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan, pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intracranial. Hal inilah yang akan menyebabkan jaringan otak mengalami infark.
Tanda dan Gejala Klinik
- Munculnya sakit kepala dan demam, ini merupakan gejala awal.
- Adanya perubahan pada tingkat kesadaran yang terjadi leratgik, tidak responsif dan koma.
- Munculnya iritasi meningen, sehingga terdapat sejumlah tanda yaitu :
a. Regiditas nukal (kaku leher), sehingga kepala mengalami kesukaran saat melakukan fleksi karena adanya spasme otot-otot leher.
b. Tanda Kernig positif, sehingga ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadaan fleksi ke arah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
c. Tanda brudzinki positif, sehingga ketika leher pasien difleksikan, maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang berlawanan.
- Mengalami foto fobia atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
- Terjadi kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral, dengan tanda-tanda perubahan karakteristik, tanda-tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernapasan tidak teratur, sakit kepala, muntah, dan penurunan tingkat kesadaran.
- Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
- Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia, yaitu demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, shock, dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.
Penatalaksanaan
a.Penatalaksanaan Umum
-Penderita dirawat di rumah sakit.
-Mula-mula cairan diberikan secara infus dalam jumlah yang cukup dan tidak berlebihan.
-Bila pasien merasa gelisah, diberi sedative seperti fenobarbital atau penenang.
-Nyeri kepala penderita dapat diatasi dengan analgetik.
-Panas dapat diturunkan dengan parasetamol atau asam salisilat.
-Kejang-kejang dapat diatasi dengan memberikan diazepam 10-20 mg iv, fenobarbital 6-120 mg per hari secara oral, atau divenilhidantoin 300 mg per hari secara oral.
-Sumber infeksi yang menimbulkan meningitis purulenta dapat diberantas dengan obat-obatan atau operasi.
-Kenaikan tekanan intrakranial dapat diatasi dengan :
*) Manitol dengan dosis 1-1,5 mg/kg berat badan secara intravena, dalam waktu 30-60 menit dan dapat diulangi 2 kali dengan jarak 4 jam.
*) Kortikosteroid, biasanya dipakai deksametason secara intravena dengan dosis pertama 10 mg, lalu diulangi dengan dosis 4 mg setiap 6 jam. Namun, kortikosteroid ini masih menimbulkan pertentangan dalam penggunaannya.
*) Mengatur pernapasan sebaik mungkin dengan bersihkan jalan napas.
*) Bila ada hidrosefalus obstruktif, dapat dilakukan operasi pemasangan pirau/shunting.
*) Efusi subdural pada anak dikeluarkan 25-30 cc setiap hari selama 2-3 minggu, bila gagal dilakukan operasi.
*) Fisioterapi diberikan untuk mencegah dan mengurangi cacat
b.Antibiotik
*) Penyebabnya berupa pneumococcus atau meningococcus, obatnya berupa ampisilin dengan dosis 8-12 gr/hari (dalam 4 dosis).
*) Penyebabnya Haemophylus influenza, obatnya kombinasi ampisilin 8-12 gr/hari dalam 4 dosis dan kloramfenikol 4-8 gr/hari dalam 4 dosis. Kloramfenikol diberikan 30 menit setelah ampisilin.
*) Penyebabnya Enterobacteriaceae, obatnya sefotaksim dengan dosis 1-2 gram tiap jam.
*) Penyebabnya Staphylococcus aureus yang resisten terhadap penicillin, obatnya sefotaksim atau seftriakson dengan dosis 6-12 gram.
Antibiotik lain yang bisa digunakan adalah :
-Gentamisin, dengan dosis 5 mg/kg/BB/hari yang dibagi dalam 3 kali pemberian.
-Sefalosporin , yang dibagi menjadi dua yaitu Sefotaksim dengan dosis 2 gram tiap 4-6 jam dan Sefuroksim dengan dosis 2 gram tiap 6 jam.
c.Hal-hal Lain yang Perlu Diperhatikan
-Bila masih menunggu hasil pemeriksaan terhadap kausa/penyebab, penderita dapat diberikan onat seperti kombinasi ampisilin 12-18 gram dan kloramfenikol 4 gram, dengan dosis dibagi 4 kali per hari. Dapat ditambahkan campuran trimetropin 80 mg dan sulfametoksazol 400 mg dan dapat pula ditambahkan seftiakson 4-6 gram.
-Bila etiologi tidak diketahui, maka pada orang dewasa berikan ampisilin 12-18 gram dengan dosis yang dibagi 4 dan dikombinasikan dengan kloramfenikol 4 gram per hari.
d.Pencegahan
Meningitis yang disebabkan oleh meningococcus dan Hemophylus influenza tipe B bisa menular pada anak dan orang dewasa yang berhubungan erat dengan penderita, yaitu yang tinggal dan makan dalam 1 gedung/ruangan yang sama. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan, yaitu : penderita diisolasi, pemberian vaksinasi dan obat-obatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar